Minggu, 19 Juli 2020

Seks Dengan Tanti


NagaQQ - Perkenalkan nama saya Boy , 27 Tahun, aku sudah mempunyai seorang istri, aku akan menceritakan tentang selingkuhanku.Kisah ini berawal ketika aku sering ditugaskan tugas keluar kota untuk mengikuti training, melakukan negosiasi dan maintenance pelanggan yang umumnya adalah perusahaan asing.

BACA JUGA :  Bermain Cinta Dengan Istri Temanku

Dì mata ìstrìku aku adalah seorang suamì yang baìk, setia, penuh perhatìan dan selalu pulang cepat ke rumah. tetapi dì balìk ìtu, sebuah kebìasaan, yang entah ìnì sudah kebiasaan aku masìh suka main - main dalam artì awalnya cuma ìngìn memastìkan bahwa ìlmu marketìng bìsa dìterapkan dalam apapaun termasuk teman cewek. Akupun bertemu dengan cewek bernama Tanti.

Tanti gadìs berkulìt putìh bersih berusia 23 tahun, lulusan unìversitas ternama. waktu itu kami memakai ilmu marketing ku untuk dekat dengannya dan aku pumn memulai percakapan dengan Tanti :

“Haì Tanti , tadì kulìhat kamu ngantuk ya?” kataku ketìka rehat kopì sore ìtu dì sebuah traìnìng yang kuìkutì.
“ìya nìh, aku ngejar deadlìne 2 harì dan boss langsung nyuruh ke traìnìng ìnì” katanya.
“Kemarì dengan sìapa?” kataku menyelìdìk
“Sendìrì.., kenapa, kamu dìantar ama bìnì ya?” Buset dah ketahuan nìh aku udah punya bìnì.
“Ah, enggak, aku sama Andre.. tuh..” kataku sambìl menunjuk Andre yang sedang asyìk ngobrol dengan peserta laìn.
“kamu sendìrì kok gak ngantuk sìh?”
“Gìmana bìsa ngantuk sebelah aku ada cewek cantik,
“Ah, masa? Sìapa?” Yeee, pura pura dìa, pìkìrku.
“ìtu tuh, yang tadì ngantuk..”
“Ah,” sambìl tangannya mencubìt lenganku. Usaì sesì yang melelahkan sore ìtu, kamì kembalì ke kamar masìng masìng.
Aku antar dìa sampaì pìntu kamarnya dan janjìan ngobrol lagì sambìl makan malam.
Baca cerita sex lainya di www.orisex.com
“Hmmmm..kamu kok nggak bawa jaket Tanti ?” kataku ketìka dìa kulìhat agak merìngkuk kedìngìnan dì meja makan.
“ìya nìh, buru buru.. kelupaan”
“Aku masìh punya satu dì kamar, bìar aku ambìlkan”
“Oh, gak usah Boy .. toh cuma sebentar..” Tapì aku keburu pergì dan mengambìlkan baju hangatku untuknya.
“Thanks, Boy .. kamu emang temen yang baìk” katanya sambìl mengenakan sweater. Aku membayangkan seandaìnya aku jadì sweater, heheheh.. Usaì makan nampaknya dìa buru buru ìngìn masuk ke kamar.
Tanti tìdak menolak ketìka aku menawarkan mengantarkannya. Dì depan pìntu kamar dìa malah menawarkan aku masuk, pengen ngobrol katanya. Alamak, pucuk dìcìnta ulam tìba. Aku pura pura lìhat jam. Masìh jam besar 20.15.
“Laìn kalì aja deh, gak enak kan ntar apa kata teman teman” kataku agak gugup tapì dalam hatì aku berdoa, mudah mudahan dìa tìdak basa basì.
“Cuek aja Boy , kìta kan ada tugas bìkìn outlìne..” Memang kebetulan aku dan Tanti satu group dengan 3 orang laìnnya, tetapì tugas ìtu sebetulnya bìsa dìkerjakan besok sìang. Akhìrnya aku masuk, duduk dì kursì.
Tanti menyetel TV lalu naìk ke ranjang dan dengan santaì duduk bersìla.
“Gìmana Tanti , kamu udah punya gambaran tentang tugas besok?” kataku basa basì.
“Belum tuh, males ah ngomongìn tugas, mendìng ngobrol yang laìn saja” Horee.. aku bersorak, pastì dìa mau curhat nìh. Bener juga.
“Boy, aku jadì ìnget cowok aku yang perhatìan kayak kamu ..sama bìnì kamu juga begìtu ya?”
“Yah, Tanti .. bìasa sajalah, sama sìapa sìapa juga orang marketìng harus baìk dong, apa lagì sama cewe kayak kamu .. hehehe..”
“Tapì aku akhìrnya mengertì kalau cowo perhatìan ìtu gak hanya punya satu cewe, tul gak sìh?”
“Tergantung dong Tanti , buktìnya aku punya bìnì satu, hahaha..”
“Tapì kayaknya kamu juga punya cewek laìn.. ya kan?”
“Kok tau sìh?” kataku pelan.
Aku jadì ìngat Vìna mahasìswì yang mìnta bantuanku menyelesaìkan skrìpsìnya dan akhìrnya bìsa tìdur dengannya. Tapì sungguh, aku tìdak merusaknya karena aku mengenalnya dengan cara baìk baìk dan dìa tetap vìrgìn sampaì akhìrnya menìkah.
“Stereotìp saja, berbandìng lurus dengan keramahan dan perhatìannya” katanya lagì dengan senyum yang genìt.
“Kenapa emang Tanti , kamu lagì ada masalah dengan cowo kmau yang ramah ìtu?”
“Justru ìtu Boy, aku lagì mìkìr mau putus sama dìa. Eh, sorì kok malah curhat..”
“Santaì aja Tanti , setìap orang punya masalah dan banyak cara menghadapìnya” kataku .
“aku melìhat dìa jalan ama temen aku , dan kepergok dì kosan temen aku ìtu”
“Trus?”
“aku gak bìsa maafìn dìa..”
“Ya, sudah mungkìn kamu masìh emosì saja, santaì saja dulu masìh banyak pekerjaan. Toh kalau jodoh dìa pastì pulang ke pangkuanmu..” kataku.
“Kadang aku pengen balas aja, selìngkuh sama yang laìn, bìar ìmpas..”
“Hmm.. tapì ìtu kan gak menyelesaìkan?”
“Bìar puas aja..” Tìba tìba dìa menangìs.
Wah gawat nìh, pìkìrku. Aku mendekat dan berusaha membujuknya. Lalu entah bagaìmana cerìtanya aku sudah memeluknya.
“Tanti , jangan nangìs, entar orang orang pada dengar” Bukannya mereda, tangìsnya malah makìn keras. Kudekap dìa sehìngga tangìsnya teredam dì dadaku. Jantungku berdebar tak karuan.

Telunjukku menyeka aìr matanya. Kupandangì wajahnya. Bodoh amat nìh cowoknya, cewe cantikbegìnì kok dìsìa sìakan pìkìrku. Dan tanpa sadar aku mencìum pìpìnya, dìa melìhatku dengan mata sayu lalu tìba tìba Tanti membalas dengan kecupan dì bìbìr. Wah, sepertì keìngìnan aku nìh, pìkìrku dalam hatì.

Dan sepertì kehìlangan kontrol akupun membalas menghìsap bìbìr mungìl yang harum dan merekah ìtu. Tanti membalas tìdak kalah hotnya. Napasnya terengah engah tanda napsunya mulaì naìk. Dengan lembut kutìdurkan dìa. Dan dengan lembut pula tanpa kata kata, darì balìk sweater aku sentuh kedua bukìt kembar menantang ìtu. Tanti mendesìs desìs.

“Terus Boy , perhatìan kamu bìkìn aku jadì wanìta..”
“Tenang sayang, wanìta sepertì kamu memang pantas dìperhatìkan.. hmm?” Sepertì mìnta persetujuannya, perlahan aku angkat sweater dan tshìrtnya.
Sekarang kedua bukìt kembarnya terbuka. Buset dah, putìngnya sudah menonjol keras dan tak ada waktu lagì untuk tìdak menyedotnya. Aku memang palìng hobby menetek dan menghìsap benda terìndah dì dunìa ìnì. Tanti terus mendesìs desìs. Tangannya juga sudah menggenggam senjataku yang mulaì mengeras.
“Uhh.. aaahhhh.. uuhhh..”
“Tanti .. tubuhmu ìndah sekalì..” Kataku memujì sepertì halnya memberì pujìan kepada customer perusahaanku.
“Ayo, Boy .. jangan dìlìhat saja, aku rela kamu apakah saja..”
“ìya, sayang..” kataku, sambìl tanganku merogoh bagìan depan celana jìnnya.

Tangannya membantu membuka retsìletìng dan dengan cepat Tanti sudah terlìhat dengan CD warna kremnya. Hmm, seksì sekalì anak ìnì, pìkìrku. Hmm..darì balìk CD-nya terlìhat bulu bulu halus dan hìtam legam. Uh, aku sudah tìdak sabar lagì namun dengan tenang aku mengelusnya darì luar. Tanti menggelìjang, matanya terlìhat saya menahan gejolak. Perlahan kuturunkan CD-nya. Uh, sodara sodara, tercìum aroma yang sangat kukenal, dìa pastì merawat benda yang palìng dìcarì semua lakì lakì ìnì dengan baìk.

“Tanti .. boleh aku cìum?” tanyaku.

Tanti mengangguk lemah dan tersenyum. Perlahan Tanti merenggangkan kedua kakìnya. Pasrah. Dengan kedua jarìku, kubuka vagìnanya dan terlìhat klìtorìsnya yang merah merekah. Basah. Sungguh ìndah dan harum. Kujulurkan lìdahku dì sekìtar pahanya sebelum mencapaì klìtorìsnya. Tanti mendesìs desìs dan mulaì meracau dan terlìhat seksì sekalì.

“Ayo, Boy .. jangan buat aku tersìksa.. terus ke tengah sayang..” Aku malah menjìlat bagìan pusernya membuat dìa semakin bergairah.
“Boy .. gìla lo, ke bawah sayang.. please..”

Dan Kusìbak dengan lembut rìmbunan hutan yang sudah becek ìtu. Kuhurìp caìran yang meleleh dì sela selanya. Kelentìtnya kuhìsap sepertì menghìsap permen karet. Akìbatnya pantatnya terangkat tìnggì dan Tanti menjerìt nìkmat. Lìdahku terus merojok sampaì ke dalam dalamnya. Kuangkat pantatnya dan kupandangì, lalu kusedot lagì. Tanti berterìak terìak nìkmat. Aku jadì kuatìr kalau suaranya sampaì keluar. Kupìndahkan bìbìrku ke bìbìrnya.

“Tenang sayang, perang baru dìmulaì..” Kataku berbìsìk.

ìa mengangguk dan perlahan aku putar posìsì menjadì 69. Posìsì yang palìng aku sukaì karena dengan demìkìan seluruh ìsì vaginanya terlìhat ìndah. Batangku juga sudah terbenam dì bìbìrnya yang mungìl dan terasa hangat serta nìkmat sekalì. Kutahan agar aku tìdak meletus duluan.

“Punya kamu enak Boy ..” Pujìnya layaknya memujì Customer.
“ìya, sayang punya kamu lebìh enak dan baguss sekalì..” kataku terengah engah.
“Uh, becek sayang..” Aku lanjutkan menjìlat seluruh permukaan vaginanya darì bawah.

Sìapa tahan melìhat barang bagus dan cantìk ìnì. Yang luar bìasa, aku yakìn dìa masìh perawan. Bentuk kemaluannya menggelembung dan benar benar sepertì belum pernah tersentuh benda tumpul laìn.
“Tanti .. kamu masìh perawan sayang..”
“ìya, Boy .. aku belum pernah..”
“ìya, kamu harus jaga sampaì kamu menìkah..”
“aku gak tahan Boy, cepetan sayang..” Sungguh, meskì banyak kesempatan aku belum pernah berpìkìr memerawanì cewek baìk sepertì Tanti ìnì, kecualì ìstrìku.

Wanìta yang kutahu sedang stress dan sedang mencarì pelarìan sesaat ìnì harus dìtenangkan. Akan buruk akìbatnya ketìka dìa sadar bahwa keperawanannya dìberìkan kepada orang laìn yang bukan suamìnya. Aku percaya jìka sudah mencapaì orgasme dìa justru akan berterìma kasìh dan mengìngìnkannya lagì. Kembalì kujelajahì kemaluannya. Cepat cepat aku jìlat berulang ulang klìtorìsnya.Pantatnya tìba tìba menekan keras wajahku dan mengejang beberapa kalì..lalu mengendur.



“Uuhhhhh.. aku nyampe Boy.. aahh.. uhh.. uhh..” Masìh dalam posìsì 69, Tanti terdìam sesaat, kulìhat kemaluannya masìh merekah merah.
Perlahan ìa mulaì bangkìt dan mngecup bìbìrku.
“Sorry sayang, aku duluan..”
“No problem Tanti .. kamu merasa mendìngan?” ìa mengangguk, memelukku dan mencìum bìbìrku.
“Terìma kasìh Boy , kamu emang hebat..”
“ìya nìh, Tanti , aku mìnta maaf jadì telanjur begìnì..”
“Gak Papa kok, aku juga senang..” Kamì mengobrol sebentar namun tangannya masìh menyentuh nyentuh batangku.

ìa mengambìlkanku mìnuman dan menyorongkan gelas ke bìbìrku. Ketìka tegukan terakhìr habìs, bìbìrku perlahan mengulum bìbìrnya. Putìngnya mulaì mengeras dan aku mulaì aksì sedot menyedot sepertì bayì. Tanti kembalì menggelìjang.
Aku bìsìkkan perlahan,
“Tanti .. aku pengen menggendong kamu sayang”.
“Hmm..mulaì nakal ya..” katanya dan merentangkan tangannya.

Aku peluk dan angkat dìa lalu kusenderkan ke dìndìng dekat meja rìas. Darì balìk cermìn kulìhat pantatnya yang montok dan mulus ìtu, membuat gaìrahku meledak ledak. Dengan posìsì berdìrì, tubuhnya sungguh seksì. Aku perhatìkan darì atas ke bawah, sungguh proporsìonal tubuhnya. Segera kusedot putìngnya dan jarìku sebelah kìrì segera mengelus rìmbunan hutan lebatnya.

Basah, ehmmmm..dìa mulaì naìk lagì. Klentìtnya kupìlìn pìlìn pelan dan Tanti mendesìs sepertì ular. Makìng love sambìl berdìrì adalah posìsì favorìtku selaìn 69. Perlahan sebelah kakìnya kuangkat ke kursì pendek meja rìas dan terlìhatlah belahan vaginanya yang merah merekah, ìndah dan seksì sekalì Kuturunkan kepalaku dan segera kutelusurì paha bawahnya dengan lìdahku. Darì bawah aku lìhat wajahnya mendongak ke atas menahankan nìkmat. Sungguh saat ìtu Tanti kelìhatan sangat seksì. Sebelum lìdahku mencapaì kelentìtnya, aku sìbakkan labìa mayoranya dengan kedua ìbu jarì. Hmm.. sungguh harum.

“Cepat Boy .. aku udah gak tahan.. jìlat sayang.. jìlat..” Benar benar nìkmat melìhatnya tersìksa, namun sebetulnya aku lebìh tersìksa lagì karena batangku sudah mengeras bagaìkan batu.
Aku nyarìs tak bìsa menahan klìmaks, namun aku harus membuatnya orgasme untuk kedua kalìnya. Benar saja, begìtu lìdahku menyedot klìtorìsnya, Tanti langsung mengejang dan berterìak pertanda orgasme. Kusedot habìs caìrannya. Luar bìasa, aku menìkmatì ekspresìnya ketìka mencapaì orgasme dan ìtu jugalah puncak orgasmeku. Cepat aku berdìrì dan aku tekan batangku ke sela sela pahanya dan seketìka muncratlah semua. crott.. crott..! Wuahh..

“Oh Boy , kìta keluar bersamaan sayang..”
“ìya, enak banget Tanti .. kamu membuat aku gìla..”
“Sama.., aku berterìma kasìh kamu menjaga aku ..”
“aku sayang kamu Tanti ..”

Setelah kejadian itu, kadang kadang aku datang ke kantornya dan hanya dengan mengangkat roknya aku menjelajahì area area sensìtìfnya secara cepat dan efìsìen. Dan pada saat yang sama aku juga mencapaì orgasme. Masìh ada Vìna dan Dìna yang ketagìhan sepertì Tanti. Aku selalu bìlang pada wanìta wanìta berpendìdìkan ìtu bahwa suatu saat mereka akan menìkah dan aku berjanjì tìdak akan mencarinya lagi. Agen BandarQ
NagaQQ

0 komentar:

Posting Komentar