Jumat, 10 Juli 2020

Kenikmatan Seks Dengan Om


NagaQQ - Perkenalkan namaku Sania, usiaku menginjak 18 tahun. aku akan menceritakan pengalaman seks ku kepada kalian semua pembaca artikel ku ini, Suatu sore aku dalam perjalanan pulang sehabis latihan di sekolah, aku disuruh papa mengantarkan surat-surat penting ke rumah temannya yang biasa dipanggil Om Hantoro . Kebetulan rumahnya memang melewati rumah kami karena rumahnya di kompleks yang sama di perumahan elit jakarta.

BACA JUGA :  Aku Menjadi Pemuas Nafsu

Om Hantoro ini biarrpun usianya sudah 40 tahunan, tetapi wajahnya yang babyface dan gayanya masih seperti anak muda. Dan dari dulu diam-diam aku memang naksir padanya Om Hantoro, mungkin selain ganteng dan rambutnya sedikit beruban, badannya juga tinggi tegap dan hobinya berenang serta tenis. papa kenal dengannya sejak semasa kuliah dulu, oleh sebab itu kami lumayan dekat dengan keluarganya.

Om Hantoro memiliki 2 orang anak yang sedang kuliah di Australia, dan istrinya aktif di kegiatan sosial dan sering pergi ke pesta-pesta. Ibuku juga sering diajak oleh Tante Mayandra, istri Om Hantoro ini, tetapi ibuku selalu menolak karena dia lebih suka menghabiskan waktu nya di rumah.

Dan aku pun di antar  oleh supirku, aku sampai juga di rumahnya Om Hantoro. Waktu kecil, aku sudah sering ke rumah Om Hantoro, tetapi baru kali ini aku datang sendiri tanpa papa atau ibuku. Masih dengan seragam menari sekolah ku yang terdiri dari rok lipit warna biru yang panjangnya belasan centi diatas paha, dan kaos ketat tanpa lengan warna putih, aku memencet bel pintu rumahnya sambil membawa amplop tebal titipan papa ku.

Papa memang sedang ada bisnis dengan Om Hantoro yang pengusaha kayu, maka akhir-akhir ini mereka giat saling mengontak satu sama lain. Karena papa ada rapat yang tidak dapat ditunda, maka suratnya tidak dapat dia berikan sendiri.

Seorang pembantu keluar dari dalam dan membukakan pintu untukku. Sementara itu kusuruh supirku menungguku di luar.

Ketika memasuki ruang tamu, si pembantu berkata, “Tuan sedang berenang, Non. Tunggu saja di sini biar saya beritahu Tuan kalau Non sudah datang.”
“Makasih, Bi.” jawabku.

Sudah 15 menit lebih menunggu, si bibi tidak muncul-muncul juga, begitu pula dengan Om Hantoro. Karena bosan, aku jalan-jalan dan sampai di pintu yang ternyata menghubungkan rumah itu dengan halaman belakang dan kolam renangnya yang lumayan besar. Kubuka pintunya dan di tepi kolam kulihat Om Hantoro yang sedang berdiri dan mengeringkan tubuh dengan handuk.

Wajahku agak memerah karena mendadak aku jadi horny, dan payudaraku terasa gatal. Om Hantoro menoleh dan melihatku berdiri terpaku dengan tatapan yang sangat buas, dia pun tertawa dan memanggilku untuk menghampirinya.

“Halo Sania, bagaimana kabar mu..?” sapa Om Hantoro hangat sambil memberikan cipika cipiki di ke dua pipiku.
“Baik dong Om. Om sendiri gimana kabarnya..?”
“Om baik juga. Kamu baru pulang dari sekolah yah..?” tanya Om Hantoro sambil memandangku dari atas sampai ke bawah.
Tatapannya berhenti sebentar di dadaku yang membusung terbungkus kaos ketat, sedangkan aku sendiri hanya dapat tersenyum melihat tonjolan di celana renang Om Hantoro yang ketat itu mengeras.

“Iya Om, baru latihan menari"  Tante Mayandra mana Om..?” ujarku basa-basi.
“Tante Mayandra lagi ke Bali sama temannya. Om ditinggal sendirian.” jawab Om Hantoro sambil memasang kimono.
“Ooh..” jawabku dengan nada sedikit kecewa karena tidak dapat melihat tubuh atletis Om Hantoro dengan leluasa lagi.
“Ke dapur yuk..!”

“Kamu mau minum apa Sania..?” tanya Om Hantoro ketika kami sampai di dapur.
“Air putih aja Om, biar awet muda.” jawabku asal.
Sambil menunggu Om Hantoro menuangkan air dingin ke gelas, aku pindah duduk ke atas meja di tengah-tengah dapurnya yang luas karena tidak ada bangku di dapurnya.
“Duduk di sini boleh yah Om..?” tanyaku sambil menyilangkan kaki kananku dan membiarkan paha putihku makin tinggi terlihat.
“Boleh kok Sania.” kata Om Hantoro  sambil mendekatiku dengan membawa gelas berisi air dingin.

Namun entah karena pandangannya terpaku pada cara dudukku yang menggoda itu atau memang beneran tidak sengaja, kakinya tersandung ujung keset yang berada di lantai dan Om Hantoro  pun limbung ke depan hingga menumpahkan isi gelas tadi ke baju dan rokku.
“Aaah..!” sedang kedua tangan Om Hantoro langsung menggapai pahaku untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
“Aduh.., begimana sih..? Om nggak sengaja Sania. Maaf yah, baju kamu jadi basah semua tuh. Dingin nggak airnya tadi..?” tanya Om Hantoro  sambil buru-buru mengambil lap dan menyeka rok dan kaosku.

Aku yang masih terkejut hanya diam mengamati tangan Om Hantoro  yang berada di atas dadaku dan matanya yang nampak berkonsentrasi menyeka kaosku. Putingku terlihat semakin jelas di balik kaosku yang basah dan hembusan napasku yang memburu menerpa wajah Om Hantoro .
“Om.. udah Om..!” kataku.
Dia pun menoleh ke atas memandang wajahku dan bukannya menjauh malah meletakkan kain lap tadi di sampingku dan mendekatkan kembali wajahnya ke wajahku dan tersenyum sambil mengelus rambutku.

“Kamu cantik, Sania..” ujarnya lembut.
Aku jadi tertunduk malu tapi tangannya mengangkat daguku dan malahan menciumku tepat di bibir. Aku refleks memejamkan mata dan Om Hantoro  kembali menciumku tapi sekarang lidahnya mencoba mendesak masuk ke dalam mulutku. Aku ingin menolak rasanya, tapi dorongan dari dalam tidak dapat berbohong. Aku balas melumat bibirnya dan tanganku meraih pundak Om Hantoro , sedang tangannya sendiri meraba-raba pahaku dari dalam rokku yang makin terangkat hingga terlihat jelas celana dalam dan selangkanganku.

Ciumannya makin buas, dan kini Om Hantoro  turun ke leher dan menciumku di sana. Sambil berciuman, tanganku meraih pengikat kimono Om Hantoro  dan membukanya. Tanganku menelusuri dadanya yang bidang dan bulu-bulunya yang lebat, kemudian mengecupnya lembut. Sementara itu tangan Om Hantoro  juga tidak mau kalah bergerak mengelus celana dalamku dari luar, kemudian ke atas lagi dan meremas payudaraku yang sudah gatal sedari tadi.

Aku melenguh agak keras dan Om Hantoro  pun makin giat meremas-remas dadaku yang montok itu. Perlahan dia melepaskan ciumannya dan aku membiarkan dia melepas kaosku dari atas. Kini aku duduk hanya mengenakan bra hitam dan rok nariku itu. Om Hantoro  memandangku tidak berkedip. Kemudian dia bergerak cepat melumat kembali bibirku dan sambil french kissing, tangannya melepas kaitan bra-ku dari belakang dengan tangannya yang cekatan.

Kini dadaku benar-benar telanjang bulat. Aku masih merasa aneh karena baru kali ini aku telanjang dada di depan pria yang bukan pacarku. Om Hantoro  mulai meremas kedua payudaraku bergantian dan aku memilih untuk memejamkan mata dan menikmati saja. Tiba-tiba aku merasa putingku yang sudah tegang akibat nafsu itu menjadi basah, dan ternyata Om Hantoro  sedang asyik menjilatnya dengan lidahnya yang panjang dan tebal. Uh.., jago sekali dia melumat, mencium, menarik-narik dan menghisap-hisap puting kiri dan kananku.

Tanpa kusadari, aku pun mengeluarkan desahan yang lumayan keras, dan itu malah semakin membuat Om Hantoro  bernafsu.
“Oom.. aah.. aah..!”
“Sania, kamu kok seksi banget sih..? Om suka banget sama badan kamu, bagus banget. Apalagi ini..” godanya sambil memelintir putingku yang makin mencuat dan tegang.
“Ahh.., Om.. gelii..!” balasku manja.

“Sshh.. jangan panggil ‘Om’, sekarang panggil ‘Hantoro  ’ aja ya, Sania. Kamu kan udah gede..” ujarnya.
“Iya deh, Om.” jawabku nakal dan Om Hantoro  pun sengaja memelintir kedua putingku lebih keras lagi.
“Eeeh..! Om.. eh Hantoro  .. geli aah..!” kataku sambil sedikit cemberut namun dia tidak menjawab malahan mencium bibirku mesra.

Entah kapan tepatnya, Om Hantoro  berhasil meloloskan rok dan celana dalam hitamku, yang pasti tahu-tahu aku sudah telanjang bulat di atas meja dapur itu dan Om Hantoro  sendiri sudah melepas celana renangnya, hanya tinggal memakai kimononya saja. Kini Om Hantoro  membungkuk dan jilatannya pindah ke selangkanganku yang sengaja kubuka selebar-lebarnya agar dia dapat melihat isi vaginaku yang merekah dan berwarna merah muda.

Kemudian lidah yang hangat dan basah itu pun pindah ke atas dan mulai mengerjai klitorisku dari atas ke bawah dan begitu terus berulang-ulang hingga aku mengerang tidak tertahan.
“Aeeh.. uuh.. Hantoro  .. aawh.. ehh..!”
Aku hanya dapat mengelus dan menjambak rambut Om Hantoro  dengan tangan kananku, sedang tangan kiriku berusaha berpegang pada atas meja untuk menopang tubuhku agar tidak jatuh ke depan atau ke belakang.

Badanku terasa mengejang serta cairan vaginaku terasa mulai meleleh keluar dan Om Hantoro  pun menjilatinya dengan cepat sampai vaginaku terasa kering kembali. Badanku kemudian direbahkan di atas meja dan dibiarkannya kakiku menjuntai ke bawah, sedang Om Hantoro  melebarkan kedua kakinya dan siap-siap memasukkan penisnya yang besar dan sudah tegang dari tadi ke dalam vaginaku yang juga sudah tidak sabar ingin dimasuki olehnya.

Perlahan Om Hantoro  mendorong penisnya ke dalam vaginaku yang sempit dan penisnya mulai menggosok-gosok dinding vaginaku. Rasanya benar-benar nikmat, geli, dan entah apa lagi, pokoknya aku hanya memejamkan mata dan menikmati semuanya.
“Aawww.. gede banget sih Hantoro  ..!” ujarku karena dari tadi Om Hantoro  belum berhasil juga memasukkan seluruh penisnya ke dalam vaginaku itu.
“Iyah.., tahan sebentar yah Sayang, vagina kamu juga sempitnya.. ampun deh..!”

Akhirnya setelah lima kali lebih mencoba masuk, penis Om Hantoro  berhasil masuk seluruhnya ke dalam vaginaku dan pinggulnya pun mulai bergerak maju mundur. Makin lama gerakannya makin cepat dan terdengar Om Hantoro  mengerang keenakan.
“Ah Sania.. enak Sania.. aduuh..!”
“Iii.. iyaa.. Om.. enakk.. ngentott.. Om.. teruss.. eehh..!” balasku sambil merem melek keenakan.

Om Hantoro  tersenyum mendengarku yang mulai meracau ngomongnya. Memang kalau sudah begini biasanya keluar kata-kata kasar dari mulutku dan ternyata itu membuat Om Hantoro  semakin nafsu saja.
“Awwh.. awwh.. aah..!” orgasmeku mulai lagi.
Tidak lama kemudian badanku diperosotkan ke bawah dari atas meja dan diputar menghadap ke depan meja, membelakangi Om Hantoro  yang masih berdiri tanpa mencabut penisnya dari dalam vaginaku. Diputar begitu rasanya cairanku menetes ke sela-sela paha kami dan gesekannya benar-benar nikmat.



Kini posisiku membelakangi Om Hantoro  dan dia pun mulai menggenjot lagi dengan gaya doggie style. Badanku membungkuk ke depan, kedua payudara montokku menggantung bebas dan ikut berayun-ayun setiap kali pinggul Om Hantoro  maju mundur. Aku pun ikut memutar-mutar pinggul dan pantatku. Om Hantoro  mempercepat gerakannya sambil sesekali meremas gemas pantatku yang semok dan putih itu, kemudian berpindah ke depan dan mencari putingku yang sudah sangat tegang dari tadi.

“hmm emm .. lebih keras Om.. pentilnya.. puterr..!” rintihku dan Om Hantoro serta merta meremas putingku lebih keras lagi dan tangan satunya bergerak mencari klitorisku.
Kedua tanganku berpegang pada ujung meja dan kepalaku menoleh ke belakang melihat Om Hantoro  yang sedang merem melek keenakan. Gila rasanya tubuhku banjir keringat dan nikmatnya tangan Om Hantoro  di mana-mana yang menggerayangi tubuhku.

Putingku diputar-putar makin keras sambil sesekali payudaraku diremas kuat. Klitorisku digosok-gosok makin gila, dan hentakan penisnya keluar masuk vaginaku makin cepat. Akhirnya orgasmeku mulai lagi. Bagai terkena badai, tubuhku mengejang kuat dan lututku lemas sekali. Begitu juga dengan Om Hantoro , akhirnya dia ejakulasi juga dan memuncratkan spermanya di dalam vaginaku yang hangat.

“Aaah.. Riin..!” erangnya.
Om Hantoro  melepaskan penisnya dari dalam vaginaku dan aku berlutut lemas sambil bersandar di samping meja dapur dan mengatur napasku. Om Hantoro  duduk di sebelahku dan kami sama-sama masih terengah-engah setelah pertempuran yang seru tadi.

“Sini Om..! Sania bersihin sisanya tadi..!” ujarku sambil membungkuk dan menjilati sisa-sisa cairan cinta tadi di sekitar selangkangan Om Hantoro.
Om Hantoro  hanya terdiam sambil mengelus rambutku yang sudah acak-acakan. Setelah bersih, gantian Om Hantoro  yang menjilati selangkanganku, kemudian dia mengumpulkan pakaian seragamku yang berceceran di lantai dapur dan mengantarku ke kamar mandi.

Setelah mencuci vaginaku dan memakai seragamku kembali, aku keluar menemui Om Hantoro  yang ternyata sudah memakai kaos dan celana kulot, dan kami sama-sama tersenyum.
“Sania, Om minta maaf yah malah begini jadinya, kamu nggak menyesal kan..?” ujar Om Hantoro  sambil menarik diriku duduk di pangkuannya.
“Enggak Om, dari dulu Sania emang senang sama Om, menurut Sania Om itu temen papa yang paling ganteng dan baik.” pujiku.
“Makasih ya Sayang, ingat kalau ada apa-apa jangan segan telpon Om yah..?” balasnya.
“Iya Om, makasih juga yah permainannya yang tadi, Om jago deh.”
“Iya Sania, kamu juga. Om aja nggak nyangka kamu bisa muasin Om kayak tadi.”
“He.. he.. he..” aku tersipu malu.

“Oh iya Om, ini titipannya papa  hampir lupa.” ujarku sambil buru-buru menyerahkan titipan papa pada Om Hantoro .
“Iya, makasih ya Sania sayang..” jawab Om Hantoro  sambil tangannya meraba pahaku lagi dari dalam rokku.
“Aah.. Om, Sania musti pulang nih, udah sore.” elakku 

Dan sambil melepaskan diri dari Om Hantoro .Om Hantoro  pun berdiri dan mencium pipiku lembut, kemudian mengantarku ke mobil dan aku pun pulang. Agen BandarQ
NagaQQ

0 komentar:

Posting Komentar