Rabu, 17 Maret 2021

Nikmatnya Tubuh Jennyfer



NagaQQ - Walaupun bulan ini penuh dengan kesibukanku, aku termasuk orang yang sangat susah untuk dapat mengontrol keinginan seks dengan wanita. Pengalaman ini ku alami beberapa hari sebelum bulan-bulan sibukku yang lalu di tempat kost. Di tempat kost kami berlima dan hanya ada satu-satunya wanita di kost ini, bernama Jennyfer.


Aku heran ibu kost menerima anak perempuan di kost ini. Oh, rupanya Jennyfer bekerja di dekat kost.


Jennyfer sangat cantik dan kelihatan sudah matang dengan usianya yang relatif sangat muda, tingginya kira-kira 162 cm. Ada yang membuatku bergelora adalah body yang putih dan buah dadanya yang besar.


Usia sudah 35 tahun. Belum menikah tapi sudah punya pacar yang jauh di luar kota. Tentang hubungan seks, aku baru pernah dua kali melakukannya dengan wanita. Pertama dengan Angela, teman sekantorku dan dengan Barbara. Dengan pacarku, aku belum pernah melakukannya.


Kami berlima di kost ini kamarnya terpisah dari rumah ibu kost, sehingga aku dapat menikmati gerak-gerik Jennyfer dari kamarku yang hanya berjarak tidak sampai 10 meter. Yang gila dan memuncak adalah aku selalu melakukan masturbasi minimal dua hari sekali. Aku paling suka melakukannya di tempat terbuka. Kadang sambil lari pagi, aku mencari tempat untuk melampiaskan imajinasi seksku.


Sambil memanggil nama Jennyfer , crot crot crot.., muncratlah spermaku, enak dan lega walau masih punya mimpi dan keinginan menikmati tubuh Jennyfer . Aku juga suka melakukan masturbasi di rumah, di luar kamar di tengah malam atau pagi-pagi sekali sebelum semuanya bangun. Aku keluar kamar dan di bawah terang lampu neon atau terang bulan, ku telanjangi diriku dan mengocok penisku, menyebut-nyebut nama Jennyfer sebagai imajinasi senggamaku. Bahkan, aku pernah melakukan masturbasi di depan kamar Jennyfer , kumuntahkan spermaku menetesi pintu kamarnya. Lega rasanya setelah melakukan itu.


Jennyfer  kuamati memang terlihat seperti agak binal. Suka pulang agak malam diantar cowok yang cukup altletis, sepertinya pacarnya. Bahkan beberapa kali kulihat suka pulang pagi-pagi, dan itu adalah pengamatanku sampai kejadian yang menimpaku beberapa hari sebelum bulan itu.


Seperti biasanya, aku melakukan masturbasi di luar kamarku. Hari sudah larut hampir jam satu dini hari. Aku melepas kaos dan celana pendek, lalu celana dalamku. Aku telanjang dengan Tangan kiri memegang tiang dan tangan kanan mengocok penisku sambil kusebut nama Jennyfer. Tapi tiba-tiba aku terhenti mengocok penisku, karena memang Jennyfer entah tiba-tiba tengah malam itu baru pulang.


Dia memandangiku dari kejauhan, melihat diriku telanjang dan tidak dengan cepat-cepat membuka kamarnya. Sepertinya kutangkap dia tidak grogi melihatku, tidak juga kutangkap keterkejutannya melihatku. Aku yang terkejut.


Setelah dia masuk kamar, dengan cuek kulanjutkan masturbasiku dan tetap menyebut nama Jennyfer. Yang kurasakan adalah seolah aku menikmati tubuhnya, bersenggama dengannya, sementara aku tidak tahu apa yang dipikirkannya tentangku di kamarnya. Malam itu aku tidur dengan membawa kekalutan dan keinginan yang lebih dalam.


Paginya, ketika aku bangun, sempat kusapa dia.


“Met pagi..” kataku sambil mataku mencoba menangkap arti lain di matanya. Kami hanya bertatapan.

Ketika makan pagi sebelum berangkat kantor juga begitu.


“Kok semalam sampai larut sih..?” tanyaku.

“Kok tak juga diantar seperti biasanya..?” tanyaku lagi sebelum dia menjawab.

“Iya Mas, aku lembur di kantor, temenku sampai pintu gerbang saja semalam.” jawabnya sambil tetap menunduk dan makan pagi.


“Semalam nggak terkejut ya melihatku..?” aku mencoba menyelidiki.

Wajahnya memerah dan tersenyum. Wahh.., serasa jantungku copot melihat dan menikmati senyum Jennyfer pagi ini yang berbeda. Aku rasanya dapat tanda-tanda nih, sombongnya hatiku.





Rumah kost kami memang tertutup oleh pagar tinggi tetangga sekeliling. Kamarku berada di pojok dekat gudang, lalu di samping gudang ada halaman kecil kira-kira 30 meter persegi, tempat terbuka dan tempat untuk menjemur pakaian. Tanah ibu kostku in cukup luas, kira-kira hampir 50 X 100 M. Ada banyak pohon di samping rumah, di samping belakang juga. Di depan kamarku ada pohon mangga besar yang cukup rindang.


Rasanya nasib baik berpihak padaku. Sejak saat itu, kalau aku berpapasan dengan Jennyfer atau berbicara, aku dapat menangkap gejolak nafsu di dadanya juga. Kami makin akrab. Ketika kami berbelanja kebutuhan Puasa di supermarket, kukatakan terus terang saja kalau aku sangat menginginkannya. Jennyfer diam saja dan memerah lagi, dapat kulihat walau tertunduk.


Aku mengajaknya menikmati malam Minggu tengah malam kalau dia mau. Aku akan menunggu di halaman dekat kamarku, kebetulan semua teman-teman kostku pulang kampung. Yang satu ke Solo, istrinya di sana, tiap Sabtu pasti pulang. Yang satunya pulang ke Temanggung, persiapan Puasa di rumah.


Aku harus siapkan semuanya. Kusiapkan tempat tidurku dengan sprei baru dan sarung bantal baru. Aku mulai menata halaman samping, tapi tidak begitu ketahuan. Ahh, aku ingin menikmati tubuh Jennyfer di halaman, di meja, di rumput dan di kamarku ini. Betapa menggairahkan, seolah aku sudah mendapat jawaban pasti.


Sabtu malam, malam semakin larut. Aku tidur seperti biasanya. Juga semua keluarga ibu kost. Aku memang sudah nekat kalau seandainya ketahuan. Aku sudah tutupi dengan beberapa pakaian yang sengaja kucuci Sabtu sore dan kuletakkan di depan kamarku sebagai penghalang pandangan. Tidak lupa, aku sudah menelan beberapa obat kuat/perangsang seperti yang diiklankan.


Tengah malam hampir jam setengah satu aku keluar. Tidak kulihat Jennyfer mau menanggapi. Kamarnya tetap saja gelap. Seperti biasa, aku mulai melepasi bajuku sampai telanjang, tangan kiriku memegangi tiang jemuran dan tangan kananku mengocok penisku. Sambil kusebut nama Jennyfer, kupejamkan mataku, kubayangkan sedang menikmati tubuh Jennyfer . Sungguh mujur aku waktu itu. Di tengah imajinasiku, dengan tidak kuketahui kedatangannya, Jennyfer telah ada di belakangku.


Tanpa malu dan sungkan dipeluknya aku, sementara tanganku masih terus mengocok penisku.


Diciuminya punggungku, sesekali digigitnya, lalu tangannya meraih penisku yang menegang kuat.


“Jennyfer .. Jennyfer .. achh.. achh.. nikmatnya..!” desahku menikmati sensasi di sekujur penisku dan tubuhku yang terangkat tergelincang karena kocokan tangan Jennyfer.

“Uhh.. achh.. Jennyfer , Jennyfer .. ohhh.. aku mau keluar.. ohh..” desahku lagi sambil tetap berdiri.


Kemudian kulihat Jennyfer bergerak ke depanku dan berlutut, lalu dimasukkannya penisku ke mulutnya.


“Oh, Jennyfer … Uhh Jennyfer.., Jennyfer … Nikmat sekali..!” desahku ketika mulutnya mengulumi penisku kuat-kuat.


Akhirnya aku tidak dapat menahannya lagi, crott.. crot.. crot.., spemaku memenuhi mulut Jennyfer, membasai penisku dan ditelannya. Ah anak ini sudah punya pengalaman rupanya, pikirku.


Lalu Jennyfer berdiri dengan mulut yang masih menyisakan spermaku, aku memeluknya dan menciuminya. Ah.., kesampaian benar cita-citaku menikmati tubuhnya yang putih, lembut, sintal dan buah dadanya yang menantang.




NAGAQQ: AGEN BANDARQ BANDARQ ONLINE ADUQ ONLINE DOMINOQQ TERBAIK


Ku lumati bibirnya yang seksi , ku apu wajahnya dengan mulutku. Kulihat dia memakai daster yang cukup tipis. BH dan celana dalamnya kelihatan menerawang jelas. Sambil terus kuciumi Jennyfer , tanganku berkeliaran merayapi punggung, dada dan pantatnya. Ahh.. aku ingin menyetubuhi dari belakang karena sepertinya pantatnya sangat bagus. Aku segera melepaskan tali telami dasternya di atas pundak, kubiarkan jatuh di rumput. 


Ahh.., betapa manis pemandangan yang kulihat. Tubuh sintal Jennyfer yang hanya dibalut dengan BH dan celana dalam. Wahhh.., membuat penisku mengeras lagi. Kulumati lagi bibirnya, aku menelusuri lehernya.


“Ehh.., ehhh..!” desis Jennyfer menikmati cumbuanku.

“Ehh.., ehhh..!” sesekali dengan nada agak tinggi ketika tanganku menggapai daerah-daerah sensitifnya.


Kemudian kepalanya mendongak dan buah dadanya kuciumi dari atas. Ya ampun, betapa masih padat dan montok buah dada anak ini. Aku mau menikmatinya dan membuatnya mendesis-desis malam ini. Tanganku yang nakal segera saja melepas kancing BH-nya, kubuang melewati jendela kamarku, entah jatuh di mana, mungkin di meja atau di mana, aku tidak tahu. Uhhh.., aku segera memandangi buah dada yang indah dan montok ini. Wah luar biasa, kuputari kedua bukitnya. Aku tetap berdiri. bergantian kukulumi puting susunya. Ahh.., menggairahkan.


Terkadang dia mendesah, terlebih kalau tangan kananku atau kiriku juga bermain di putingnya, sementara mulutku menguluminya juga. Tubuhnya mengelinjang kuat, sehingga pelukan tangan kanan kiriku seolah mau lepas. Jennyfer menegang, menggelinjang-gelinjang dalam pelukanku. Lalu aku kembali ke atas, kutelusuri lehernya dan mulutku berdiam di sana. Tanganku sekarang meraih celana dalamnya, kutarik ke bawah dan kubantu melepas dari kakinya. Jadilah kami berdua telanjang bulat.


Kutangkap kedua tangan Jennyfer dan kuajak menjauh sepanjang tangan, kami berpandangan penuh nafsu. Kami sama-sama melihat dengan mata tubuh kami masing-masing dan kami sudah saling lupa jarak usia di antara kami. Penisku menempel manja di tubuhnya. Aku memutar tubuhnya, kusandarkan di dadaku dan tangannya memeluk leherku.


Kemudian kuremasi buah dadanya dengan tangan kiriku, tangan kananku menjangkau vaginanya. Kulihat bulu halusnya, lalu kuraba, kucoba sibakkan sedikit selakangannya. Jennyfer tergelincang dan menggeliat-geliat ketika tanganku berhasil menjangkau klitorisnya. Seolah dia berputar pada leherku, mulutnya kubiarkan menganga menikmati sentuhan di klitorisnya sampai terasa semakin basah.


Ku arahkan Jennyfer mendekati meja kecil yang kusiapkan di samping gudang. Kusuruh dia membungkuk. Dari belakang, kuremasi kedua buah dadanya. Kulepas dan kuciumi punggungnya hingga turun ke pantatnya. Selangkangannya semakin membuka saja seiring rabaanku. 


Setelah itu aku turun ke bawah selakangannya, dan dengan penuh nafsu kujilati vaginanya.


Mulutku menjangkau lagi daerah sensitif di vaginanya sampai hampir-hampir kepalaku terjepit.

“Oohh.., ehh.., aku nggak tahan lagi.., masukkan..!” pintanya.


Malam itu, pembaca dapat bayangkan, aku akhirnya dapat memasukkan penisku dari belakang. Kumasukkan penisku sampai terisi penuh liang senggamanya. Saat penetrasi pertama aku terdiam sebelum kemudian kugenjot dan menikmati sensasi orgasme. Aku tidak perduli apakah ada yang mendengarkan desahan kami berdua di halaman belakang. Aku hanya terus menyodok dan menggenjot sampai kami berdua terpuaskan dalam gairah kami masing-masing.


Aku berhasil memuntahkan spermaku ke vaginanya, sementara aku mendapatkan sensasi jepitan vagina yang hebat ketika datang orgasmenya. Aku dibuatnya puas dengan kenyataan imajinasiku malam Minggu itu. Sabtu malam atau minggu dini hari yang benar-benar hebat. Aku bersenggama dengan Jennyfer dalam bebrapa posisi. Terakhir, sebelum posisi konvensioal, aku melakukan lagi posisi 69 di tempat tidur. 


Ahh Jennyfer , dia berada dalam pelukanku sampai Minggu pagi jam 8 dan masih tertidur di kamarku. Aku bangun duluan dan agak sedikit kesiangan. Ketika melihat ke luar kamar, ohh tidak ada apa-apa. Kulihat kedua cucu ibu kostku sedang bermain di halaman. Mereka tidak mengetahui di tempat mereka bermain itu telah menjadi bagian sejarah seks hidupku dan Jennyfer . Agen BandarQ


NagaQQ

Jumat, 12 Maret 2021

Seks Dengan Vila Teman Adik Ku



NagaQQ - Disini akan aku ceritakan pengalaman seks ku dengan Vila teman adik ku. Waktu itu, Vila kutemui ketika mengantar dan menghadiri wisuda adikku, Feby si bungsu di sebuah universitas terkenal di Bandung. Ketika itu aku berperan menjadi sopir keluarga karena harus mengantar jemput keluarga yang datang dari Sumatra. Si bungsu ini adalah cewek terakhir di keluargaku yang menjadi sarjana. Dalam usia 21 tahun, dengan otaknya yang encer ia menjadi sarjana tercepat di keluargaku.


BACA JUGA :  Tuti Dan Tata Memuaskan Nafsu ku


Eh bukan mau cerita tentang Feby nih, tetapi temannya, si Vila mojang geulis yang wajahnya Bandung banget itu. Mereka sama-sama wisuda, meski dari jurusan yang berbeda. Feby di HI, sedang Vila di Ekonomi. Pendek cerita, usai mengantar Feby adikku dan orang tua dari Medan ke arena wisuda, tiba tiba datang perintah dari Feby.


“Bang, please, darurat nih, tolong jemput temanku Vila di Salon XX, udah jam segini bokap nyokapnya belum nyampe. Ntar nggak dapat tempat duduk lagi..” katanya dengan wajah memelas.


“OK, putri duyung, yang dekat PLN itu kan? Ah, gimana aku bisa tahu wajahnya?”


“Yang paling cantik di salon dan pakai kebaya krem, itu sudah pasti Vila ! Jangan coba merayu, ntar aku kasih tahu kakak di rumah lho..”


“OK bawel..” Meski macet, cuma 5 menit kemudian aku telah mencapai salon tempat Vila menunggu. Wah, itu dia, pikirku melihat cewek pakai kebaya krem tengah memijit- mijit ponsel. Sialan si Feby, nomor HP-nya tidak diberi kepadaku. Begitu dekat aku langsung menyapanya.

“Vila ya?”


“Hmm.. Bang John ya, sorry nih merepotkan, bokap masih jauh di jalan Bang..”

“Oh, nggak pa-pa Vila , santai aja, lagian kan dekat..”


Aku membukakan pintu Taft bututku dan dengan sedikit kesulitan dia naik. Tubuhnya dibalut kebaya, benar-benar seksi. Kututup pintu dan pelan pelan aku jalankan mobil. Aku bisa memperkirakan Vila tingginya 167 cm, beratnya sekitar 50-51 kg. Dengan model kebaya yang dadanya agak tinggi, payudaranya pasti berkisar 36B. Usianya pastilah masih seumur dengan adikku Feby, 21 atau 22 tahun. Bandingkan dengan aku yang sudah 35 tahun. Lho buat apa lagi dibandingkan, maksudku ini adalah cewek tipeku.


“Bang, Kakak nggak ikut?”

“Kakak siapa Vila ?” tanyaku berlagak bego.

“Kakak istri Abang..” Buset, kapan dia kenalan sama bini gue ya, pikirku.

“Oh, ada di rumah Vila , eh di sekolah antar si kecil..” Alamak, kok jadi grogi gini gue.

“Beberapa kali Vila ke rumah ama Feby, Abang selalu di luar kota..”

“Hehehe.. Biasalah Vila , cari sesuap nasi ama segenggam berlian..”

“Hihihi.. Si Abang bisa aja..”

“Hmm.. Kamu udah ada yang dampingi nih di wisuda nanti..?” tanyaku.

“Belom nih Bang.. Cariin dong..”

“Ah, masak cewek secakep kamu nggak ada yang dampingi..”


Aku mulai memasang jerat. Benar saja, wajahnya langsung bersemu merah. Aku tahu bahwa Vila ini adalah tipe cewek yang ramah, sedikit cerdas tetapi sialnya dia juga termasuk grup penggoda, hehehe..


“Terus, ntar mau kerja atau lanjut nih Vila ?” tanyaku basa basi agar tidak terlalu ketahuan sedang menebar jerat.

“Bokap bilang sih lanjut ke Amrik, gue sih masih pengen main dulu Bang..”

“Lho disuruh sekolah kok malah main.. belum puas main sama teman teman..?”

“Iya nih Bang, cowok gue belum tamat hahaha..”

“Lho tadi bilangnya belum ada pendamping..?”


Karena keasyikan mengobrol, kami tahu-tahu sudah sampai di gerbang masuk. Feby melambai-lambai dan kemudian mendekat.


“Hi Vila , ngobrol apa sama Abang gue? Hati hati lo, gue kurang percaya tuh sama Abang gue..” Ah, sialan si Feby menjelekkanku lagi.

“Ah, nggak kok Vila .. Lagian kalau gue dirayu juga berarti gue emang cantik, hihihi..”


Aku tinggalkan mereka menuju tempat parkir. Buset dah, benar-benar nasib seorang sopir, habis mengantar penumpang eh tamu masih juga harus keringatan mencari tempat parkir. Tapi karena habis ngobrol sama cewek keren lelahnya tidak terasa juga. Hmm.. Vila , aku suka lihat wajahnya, bodinya alamak. Kulitnya yang putih bersih tampaknya dirawat dengan baik. Semasa kuliah dulu aku suka mengatakan bahwa cewek-cewek seperti Vila ini Bandung sekali atau Jawa sekali sesuai dengan asalnya. Aku sih, Sumatra sekali, hehehe. Menurut istriku aku tidak ganteng-ganteng amat, yang ganteng mah si Mamat, hehehe.. Memang istriku sekarang bukan yang pertama tapi yang terakhir juga bukan.





Usai wisuda aku masih harus mengantar adikku Feby, orang tua, istri dan kedua anakku ke restoran Sunda untuk merayakan hari bahagia si bungsu bawel itu. Ketika tiba di parkiran, Feby mengangsurkan ponselnya dengan berbisik. Barangkali takut dilihat oleh istriku.


“Bang, sini nih, Vila mau ngomong.. Awas jangan rayu-rayu ya..” ujarnya.

“Halo.. Vila ya.. Selamat ya Vila , sampai tadi lupa ngucapin selamat, hehe..”

“Makasih Bang, makasih banget lo jemputannya.. Hmm.. Ntar kapan-kapan, Abang Vila undang datang ya..” Kubayangkan Vila dengan senyum manisnya. Dia mau ngundang aku dan keluarga atau aku sendiri ya, pikirku agak surprise. Ah, gue yakin dia ngundang aku sendiri nih! Gak papa-lah ge-er dikit.

“OK deh, sayang..” Uppss, baru kenal gue bilang apa tadi?

“Sayang nih.. Ntar ditimpuk sama bini loh Bang..”

“Hehehe.. Nice to meet you Vila , salam sama keluarga ya..” kataku, yang ini agak keras agar Feby nggak curiga. Sedang istriku sibuk bermain dengan kedua anakku, jadi nggak perlu kuatir. Ah, sial lagi.. Aku tidak sempat mencatat nomor HP-nya. Tapi toh nanti malam masih bisa lihat di ponsel Feby kok, pikirku mulai keluar isengnya. Dua minggu setelah acara wisuda tersebut tiba tiba aku menerima SMS.


“Bang, lagi di mana nih.. Ada acara nggak? Vila ” Hah? Gak salah nih, pikirku. Dengan pura pura menahan diri, 5 menit kemudian baru aku jawab dengan menelepon langsung. Tengsin dong SMS balik.

“Hai Vila , apa kabar? Aku lagi di Jakarta nih.. Lagi makan nih ama teman-teman di..” kataku menyebut suatu tempat di Plaza Senayan.

“Nah, itu dia.. Vila juga lagi di Jakarta nih Bang, lagi boring..”

“Lho.. Aku pikir jadi ke Amrik” kataku sekenanya.

“Males Bang, Vila lagi di tempat sodara nih.. Abang kapan pulang Bandung?”

“Lusa.. Kamu?”

“Iya, boleh dong kita pulang bareng.. Vila naik kereta Bang” Buset dah, benar kan kata gue, Vila tipe penggoda.

“Hmm.. Gimana ya..” kataku sok ragu, padahal udah pengen banget.

“Kita lihat nanti ya, Vila . Ntar sore Abang telepon kamu. Eh, Feby tahu nggak kamu ada di Jakarta?”

“Nggak Bang, mau Vila kasih tahu sama Feby dan istri Abang?”

“Haha.. Bukan gitu maksudku, ok deh ntar jam 5 sore Abang telepon kepastiannya ya..” kataku bersorak.


Memang kalau rejeki nggak bakal lari ke mana-mana. Cepat-cepat aku bereskann tugasku di Jakarta. Sebetulnya sore ini juga sudah selesai tapi teman-teman di Jakarta seperti biasa suka mengajak main bilyar dan karaoke. Jadi sorry friends, kali ini aku ada urusan penting, mesti cabut. Jam 5 sore aku telepon Vila . Aku bertanya dia sedang apa, kalau boring mengapa tidak jalan-jalan bersama saudara atau teman-temannya.


“Abang ada acara nggak ntar malam? Ajakin Vila nonton dong?” Katanya dari seberang sana.

“Ok Vila , gue takut macet, gimana kalau kita ketemuan di 21?”


Pendek cerita, Vila dengan jeans ketat dan T-shirtnya aku temui di 21. Dia sudah beli tiket untuk berdua. Mentang-mentang kaya, tiket saja dibelikan olehnya. Aku tidak ingat apa judulnya. Yang jelas begitu masuk gedung bioskop, aku gandeng tangan Vila seperti yang diinginkannya. Vila memulai sinyal dengan mengatakan sedang boring, ingin jalan dan sebagianya.


Kubelai rambutnya dan seperti sudah kuduga, dia merebahkan bahunya sepanjang film berputar. Tak ada penolakan ketika jemariku menyusup ke balik T-shirt dan branya. Semua lancar. Ia melenguh ketika kupelintir putingnya dan kuelus perutnya. Ketika jemariku menyusup ke sela-sela pahanya, ia berbisik..


“Jangan di sini Bang..”


Itu sudah sesuai dengan harapanku dan harapannya. Aku juga sudah tegang sekali ketika keluar dari gedung bioskop. Di dalam mobil, seperti harimau kehausan kami berciuman dengan gairah. Aku suka suara lenguhnya, kepasrahannya ketika kusedot putingnya dan jariku menelusup ke celah-celah memeknya yang sudah basah sekali. Tubuh Vila bergetar. Aku ingin membuatnya menjadi wanita yang sesungguhnya ketika berhubungan intim.


“Vila , Abang pengen jilat memek kamu sayang..”

“Hmm.. terus Bang, Vila udah nggak tahann..”


Bulu-bulu halus memeknya kusibak, kelentitnya yang sudah mengeras sungguh nikmat dikulum. Aromanya sungguh harum dan bentuknya tampak terawat. Tubuhnya sampai bergetar getar menahan nikmat. Tangannya aku arahkan meremas kontolku. Tetapi ternyata dia lebih suka blow job. Pada saat yang sama aku tidak menyia-nyiakan kesempatan meremas dadanya yang montok. Apa boleh buat, di mobil yang sempit ini harus terjadi pergumulan yang menggairahkan. Aku pastikan tidak ada manusia yang melihat kegaduhan nikmat ini. Jangan sampai kepergok Satpam karena bisa malu.


Sedotan lidahnya sungguh membuatku melayang jauh. Tanganku tak henti meremas payudaranya yang indah dengan puting kecoklatan yang sudah mengeras. Pada saat lain aku pelintir dan sedot putingnya hingga membuatnya semakin basah. Karena di depan terlau sempit, aku mengajaknya pindah ke jok belakang. Vila dengan tak sabar melepas celana dalam hitamnya. Aku sungguh terangsang melihat wanita dengan CD hitam, sepertinya Vila tahu selera seksku, heheh..


Tampaknya Vila adalah tipe cewek blowjob mania karena ia terus saja mengoral batangku. Kupikir hobinya ini sejalan dengan hobiku mengoral memek cewek. Kuberi isyarat agar ia mengambil posisi 69 dengan aku di bawah. Vila mengangguk lemah. Aku suka melihat matanya yang sayu. Gila, memek si Vila memang OK, masih kelihatan garis vertikalnya dengan kelentit yang sungguh imut dan mengeras. Segera kuremas pantatnya dan kujilat perlahan paha dalamnya sebelum memasuki area memeknya. Vila melenguh hingga aku makin terangsang dengan suaranya yang sendu.


“Ouhh.. Please Johnn.. Kamu apain memekku say, enak bangett!”

“Hmm..” hanya suara itu yang keluar dari mulutku sambil menyeruput cairan memeknya yang mulai banjir. Sementara jemari Vila yang halus masih menggenggam kontolku

“Say.. Vila nggak tahan.. Vila mau keluar sayang.. Terus terus.. Isep kacangku.. Ahh!”


Aku memang selalu ingin memuaskan cewek-cewek yang making love denganku. Menurutku ini adalah salah satu rahasia cewek-cewek selalu ketagihan ngentot denganku. Perlakukanlah wanita dengan gentle, jangan egois. Mereka adalah makhluk yang butuh perhatian dan belaian. Jangan bersikap bodoh meninggalkan mereka meraung-raung karena tak terpuaskan. Ada saat tertentu kapan kita membuat mereka tak bisa berhenti. Vila akhirnya mencapai orgasme. Ia terduduk lemah namun tangannya masih menggenggam batangku yang masih ngaceng dan berdenyut-denyut.


“Makasih ya Bang, Abang sungguh laki-laki yang baik! Sekarang Vila pengen memuaskan Abang..” Nah lo, benar kan kataku, jika puas wanita sebetulnya tidak egois.

“Iya Vila cantik, kamu istirahat dulu.. Gak usah terburu-buru, kita masih punya waktu sampai besok kan?”

“Ih, Abang nakal..” katanya sambil meremas kontolku.

“Sekarang Vila pengen lagi Bang.. Pengen dimasukin sama kontol Abang..”

“Tapi kamu kan masih perawan Say..?”

“Lho kok Abang tahu sih?”

“Kan Abang sudah periksa tadi, hehehe..”

“Ihh.. Nakal deh.. Vila jadi malu..” katanya manja.

“Vila , Abang sayang kamu, tetapi untuk memerawani kamu Abang sungguh nggak tega..”

“Tapi kan Vila yang mau.. Please Bang.. Vila rela”

“Vila , kalau dengan oral saja kamu bisa orgasme, ngapain harus sampai berdarah?”


Yang benar benar tidak kuduga, Vila menangis. Wah, kacau deh.. Tapi aku tidak ingin bicara lagi. Perlahan kukecup bibirnya, kuhapus airmatanya dan benar pemirsa eh pembaca, gairahnya mulai naik kembali. Segera dikulumnya kontolku. Hmm.. Enak sekali. Dan aku kembali mengajaknya ke posisi VW (Vosisi Wenakk), favoritku mengerjai memek cewek dari belakang alias posisi 69. Aku berkonsentrasi agar kali ini spermaku dapat muncrat di mulutnya. Tipe cewek pehobi blowjob adalah penyelesaian akhir harus di mulutnya. Kusedot kelentit Vila dengan lembut tetapi kuat dan itu cukup membuatnya makin menguatkan sedotannya pada kontolku. Memek Vila memang beraroma perawan, cairannya sungguh kental dan aku senang menelannya. Kontolku berkedut-kedut seakan mau muncrat, tetapi kutahan. Aku ingin kali ini aku dan Vila mencapai orgasme bersamaan.


“Ohh.. Johnn.. Fuck me please, pengen keluar say.. Ouhh..” teriaknya.


Itu adalah pertanda bahwa kurang dari 1 menit lagi dia akan mengalami orgasme. Jadi sebetulnya orgasme bisa diukur alias terukur. Kupercepat sedotanku pada kedelai Vila yang memerah sambil tanganku berusaha meraih payudara dan putingnya. Kuremas untuk memberi extra kenikmatan padanya.


“Auhh.. Johnn.. Vila keluar.. Ahh.. Ahh..” lenguhnya panjang.




NAGAQQ: AGEN BANDARQ BANDARQ ONLINE ADUQ ONLINE DOMINOQQ TERBAIK


Dan seperti yang kuperhitungkan akhirnya aku juga mengeluarkan pejuku dan muncrat ke wajahnya. Dapat kurasakan mulut Vila menyeruput kontolku dengan cepat. Aku sampai kehabisan kata-kata untuk melukiskan bagaimana perasaan nikmatku! Kupeluk Vila dan kubelai rambutnya, sambil say thanks! Aku tahu bahwa Vila bakal ketagihan. Aku sebenarnya ingin menceritakan lanjutan perjalanan yang menggairahkanku ke Bandung dengan Vila . Seluruh sensasi yang aku dan Vila dapatkan.


Ternyata Vila juga menyukai ngentot sambil berdiri. Di beberapa lokasi kami terpaksa berhenti mencari tempat rimbun pepohonan. Vila segera menyender di batang pohon dan dengan nafas terengah-engah melepaskan celananya. Posisi yang menggairahkan. Dengan berjongkok aku isep memeknya yang cepat basah itu. Kadang ia menungging dan aku sedot itilnya dari belakang. Aku juga mencapai orgasme dengan menggosok-gosok memeknya dengan batangku. Percaya atau tidak bahwa Vila masih tetap perawan sampai akhirnya dia berangkat ke Wisconsin, USA untuk melanjutkan sekolahnya. Agen BandarQ


NagaQQ

Minggu, 07 Maret 2021

Tuti Dan Tata Memuaskan Nafsu ku



NagaQQ - Aku mahasiswa arsitektur tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung, dan sudah saatnya melaksanakan tugas akhir sebagai prasyarat kelulusan. Beruntung, aku kebagian seorang dosen yang asyik dan kebetulan adalah seorang ibu.


cnamanya, di awal umur tigapuluh, luar biasa cantik dan cerdas. Cukup sulit untuk menggambarkan kejelitaan sang ibu. Bersuami seorang dosen pula yang kebetulan adalah favorit anak-anak karena moderat dan sangat akomodatif. Singkat kata banyak teman-temanku yang sedikit iri mengetahui aku kebagian pembimbing Ibu Tuti. “Dasar lu… enak amat kebagian ibu yang cantik jelita…” Kalau sudah begitu aku hanya tersenyum kecil, toh bisa apa sih pikirku.

Sambil tersenyum dia berucap, “Kamu mencoba merayu Ibu, Bram ?”
Aku ingat wajahku waktu itu langsung bersemu merah dan untuk menghilangkan grogiku, aku langsung menggelar gambar dan bertanya sana-sini. Tapi tak urung kuperhatikan ada binar bahagia di mata beliau. Setelah kejadian itu setiap kali asitensi aku sering mendapati beliau sedang menatapku dengan pandangan yang entah apa artinya, beliau makin sering curhat tentang berbagai hal.

Asistensi jadi ngelantur ke bermacam subyek, dari masalah di kantor dosen hingga anak tunggalnya yang baru saja mengeluarkan kata pertamanya. Sesungguhnya aku menyukai perkembangan ini namun tak ada satu pun pikiran aneh di benakku karena hormat kepada beliau.

Hingga… pada saat kejadian. Suatu malam aku asistensi sedikit larut malam dan beliau memang masih ada di kantor pukul 8 malam itu. Yang pertama terlihat adalah mata beliau yang indah itu sedikit merah dan sembab. “Wah, saat yang buruk nih”, pikirku. Tapi dia menunjuk ke kursi dan sedikit tersenyum jadi kupikir tak apa-apa bila kulanjutkan. Setelah segala proses asistensi berakhir aku memberanikan diri bertanya, “Ada apa Bu? Kok kelihatan agak sedih?”
Kelam menyelimuti lagi wajahnya meski berusaha disembunyikannya dengan senyum manisnya.

“Ah biasalah Bram , masalah.”
Ya sudah kalau begitu aku segera beranjak dan membereskan segala kertasku. Dia terdiam lama dan saat aku telah mencapai pintu, barulah…
“Kaum Pria memang selalu egois ya Bram ?”
Aku berbalik dan setelah berpikir cepat kututup kembali pintu dan kembali duduk dan bertanya hati-hati.
“Kalau boleh saya tahu, kenapa Ibu berkata begitu? Sebab setahu saya perempuan memang selalu berkata begitu, tapi saya tidak sependapat karena certain individual punya ego-nya sendiri-sendiri, dan tidak bisa digolongkan dalam suatu stereotype tertentu.”

Matanya mulai hidup dan kami beradu argumen panjang tentang subyek tersebut dan ujung-ujungnya terbukalah rahasia perkimpoiannya yang selama ini mereka sembunyikan. Iya, bahwa pasangan tersebut kelihatan harmonis oleh kami mahasiswa, mereka kaya raya, keduanya berparas good looking, dan berbagai hal lain yang bisa membuat pasangan lain iri melihat keserasian mereka. Namun semua itu menutupi sebuah masalah mendasar bahwa tidak ada cinta diantara mereka.

Mereka berdua dijodohkan oleh orang tua mereka yang konservatif dan selama ini keduanya hidup dalam kepalsuan. Hal ini diperburuk oleh kasarnya perlakuan Pak Indra (suami beliau) di rumah terhadap Bu Tuti (fakta yang sedikit membuatku terhenyak, ugh betapa palsunya manusia sebab selama ini di depan kami beliau terlihat sebagai sosok yang care dan gentle).

Singkat kata beliau sambil terisak menumpahkan isi hatinya malam itu dan itu semua membuat dia sedikit lega, serta membawa perasaan aneh bagiku, membuat aku merasa penting dan dekat dengan beliau. Kami memutuskan untuk jalan malam itu, ke Lembang dan beliau memberi kehormatan bagiku dengan ikut ke sedan milikku. Sedikit gugup kubukakan pintu untuknya dan tergesa masuk lalu mengendarai mobil dengan ekstra hati-hati.

Dalam perjalanan kami lebih banyak diam sambil menikmati gubahan karya Chopin yang mengalun lembut lewat stereo. Kucoba sedikit bercanda dan menghangatkan suasana dan nampaknya lumayan berhasil karena beliau bahkan sudah bisa tertawa terbahak-bahak sekarang.

“Kamu pasti sudah punya pacar ya Bram ?”
“Eh eh eh”, aku gelagapan.
Iya sih emang, bahkan ada beberapa, namun tentu saja aku tak akan mengakui hal tersebut di depannya.
“Nggak kok Bu… belum ada… mana laku aku, Bu…” balasku sambil tersenyum lebar.

“Huuu, bohong!” teriaknya sambil dicubitnya lengan kiriku.
“Cowok kayak kamu pasti playboy deh… ngaku aja!”
Aku tidak bisa menjawab, kepalaku masih dipenuhi fakta bahwa beliau baru saja mencubit lenganku. Ugh, alangkah berdebar dadaku dibuatnya. Beda bila teman wanitaku yang lain yang mencubit.

Larut malam telah tiba dan sudah waktunya beliau kuantar pulang setelah menikmati jagung bakar dan bandrek berdua di Lembang. Daerah Dago Pakar tujuannya dan saat itu sudah jam satu malam ketika kami berdua mencapai gerbang rumah beliau yang eksotik.
“Mau nggak kamu mampir ke rumahku dulu, Bram ?” ajaknya.
“Loh apa kata Bapak entar Bu?” tanyaku.
“Ah Bapak lagi ke Kupang kok, penelitian.”

Hm… benakku ragu namun senyum manis yang menghiasi bibir beliau membuat bibirku berucap mengiyakan. Aku mendapati diriku ditarik-tarik manja oleh beliau ke arah ruang tamu di rumah tersebut akan tetapi benakku tak habis berpikir, “Duh ada apa ini?”

Sesampainya di dalam, “Sst… pelan-pelan ya… jelita pasti lagi lelap.” Kami beringsut masuk ke dalam kamar anaknya dan aku hanya melihat ketika beliau mengecup kening putrinya yang manis itu pelan. Kami berdua bergandengan memasuki ruang keluarga dan duduk bersantai lalu mengobrol lama di sana. Beliau menawarkan segelas orange juice. “Aduh, apa yang harus aku lakukan”, pikirku.

Entah setan mana yang merasuk diriku ketika beliau hendak duduk kembali di karpet yang tebal itu, aku merengkuh tubuhnya dalam sekali gerakan dan merangkulnya dalam pangkuanku. Beliau hanya terdiam sejenak dan berucap, “Kita berdua telah sama-sama dewasa dan tahu kemana ini menuju bukan?” Aku tak menjawab hanya mulai membetulkan uraian rambut beliau yang jatuh tergerai dan membawa tubuh moleknya semakin erat ke dalam pelukanku, dan kubisikkan di telinganya, “Bram sangat sayang dan hormat pada Ibu, oleh karenanya Bram tak akan berbuat macam-macam.” 

Ironisnya saat itu sesuatu mendesakku untuk mengecup lembut cuping telinga dan mengendus leher hingga ke belakang kupingnya. Kulihat sepintas beliau menutup kelopak matanya dan mendesah lembut. “Kau tahu aku telah lama tidak merasa seperti ini Bram …” Kebandelanku meruyak dan aku mulai menelusuri wajah beliau dengan bibir dan lidahku dengan sangat lembut dan perlahan. Setiap sentuhannya membuat sang ibu merintih makin dalam dan beliau merangkul punggungku semakin erat. Kedua tanganku mulai nakal merambah ke berbagai tempat di tubuh beliau yang mulus wangi dan terawat.

Aku bukanlah pecinta ulung, infact saat itu aku masih perjaka namun cakupan wawasanku tentang seks sangat luas. “Tunggu ya Bram … ibu akan bebersih dulu.” Ugh apa yang terjadi, aku tersadar dan saat beliau masuk ke dalam, tanpa pikir panjang aku beranjak keluar dan segara berlari ke mobil dan memacunya menjauh dari rumah Ibu Ir. Tuti dosenku, sebelum segalanya telanjur terjadi. Aku terlalu menghormatinya dan… ah pokoknya berat bagiku untuk mengkhianati kepercayaan yang telah beliau berikan juga suaminya. Sekilas kulihat wajah ayu beliau mengintip lewat tirai jendela namun kutegaskan hatiku untuk memacu mobil dan melesat ke rumah Tata.

Sepanjang perjalanan hasrat yang telah terbangun dalam diriku memperlihatkan pengaruhnya. Aku tak bisa konsentrasi, segala rambu kuterjang dan hanya dewi fortuna yang bisa menyebabkan aku sampai dengan selamat ke pavilyun Tata. Tata adalah seorang gadis yang aduhai seksi dan menggairahkan, pacar temanku. Namun sejak dulu dia telah mengakui kalau Tata menyukaiku. Bahkan dia telah beberapa kali berhasil memaksa untuk bercumbu denganku.

Hal yang kupikir tak ada salahnya sebagai suatu pelatihan buatku. Aku mengetuk pintu kamar paviliunnya tanpa jawaban, kubuka segera dan Tata sedang berjalan ke arahku, “Sendirian?” tanyaku. Tata hanya mengangguk dan tanpa banyak ba bi bu, aku merangsek ke depan dan kupagut bibirnya yang merah menggemaskan.

Kami berciuman dalam dan bernafsu. “Kenapa Bram ?” di sela-sela ciuman kami, Tata bertanya, aku tak menjawab dan kuciumi dengan buas leher Tata , hingga dia gelagapan dan menjerit lirih. Tangan kananku membanting pintu sementara tangan kiriku dengan cekatan mendekap Tata makin erat dalam pelukanku. “Brak!” kurengkuh Tata, kuangkat dan kugendong ke arah kasur. “Ugh buas sekali kamu Bram …” Sebuah senyum aneh menghiasi wajah Tata yang jelita.

Kurebahkan Tata dan kembali kami berpagutan dalam adegan erotis yang liar dan mendebarkan. Aku bergeser ke bawah dan kutelusuri kaki Tata yang jenjang dengan bibirku dan kufokuskan pada bagian paha dalamnya. Kukecup mesra betis kanannya. Tata hanya mengerang keenakan sambil cekikikan lirih karena geli.

Kugigit-gigit kecil paha yang putih dan mulus memikat itu sambil tanganku tak henti membelai dan merangsang Tata dengan gerakan-gerakan tangan dan jari yang memutar-mutar pada payudaranya yang seksi dan ranum. Dengan sekali tarik, piyama yang dikenakannya terlepas dan kulemparkan ke lantai, sementara aku bergerak menindih Tata .

Kami saling melucuti hingga tak ada sehelai benang pun yang menjadi pembatas tarian kami yang makin lama makin liar. “Bram ahhh… Bram … Bram …” Tata terus berbisik lirih ketika kukuakkan kedua kakinya dan aku menuju kewanitaannya yang membukit menantang. Kusibakkan rambut pubic-nya yang lebat namun rapih dan serta merta aromanya yang khas menyeruak ke hidungku. 

Bentuknya begitu menantang sehingga entah kenapa aku langsung menyukainya. Kuhirup kewanitaan Tata dengan keras dan lidahku mulai menelusuri pinggiran labia minora-nya yang telah basah oleh cairan putih bening dengan wangi pheromone menggairahkan. Kubuka kedua labia-nya dengan jemariku dan kususupkan lidahku pelan diantaranya menyentuh klitorisnya yang telah membesar dan kemerahan.

“Aaagh…” Tata menjerit tertahan, sensasi yang dirasakannya begitu menggelora dan semakin membangkitkan semangatku. Detik itu juga aku memutuskan untuk melepas status keperjakaanku yang entah apalah artinya. Sejenak pikiranku melambung pada Ibu Tuti, ah apa yang terjadi besok? Kubuang jauh-jauh perasaan itu dan kupusatkan perhatianku pada gadis cantik molek yang terbaring pasrah dan menantang di hadapanku ini. Tata pun okelah.

Malam ini aku akan bercinta dengannya. Dengan ujungnya yang kuruncingkan aku menotol-notolkan lidahku ke dalam kewanitaan Tata hingga ia melenguh keras panjang dan pendek.

Lama, aku bermain dengan berbagai teknik yang kupelajari dari buku. Benar kata orang tua, membaca itu baik untuk menambah pengetahuan. Kuhirup semua cairan yang keluar darinya dan semakin dalam aku menyusupkan lidahku menjelajahi permukaan yang lembut itu semakin keras lenguhan yang terdengar dari bibir Tata . Aku naik perlahan dan kuciumi pusar, perut dan bagian bawah payudaranya yang membulat tegak menantang. 

Harus kuakui tubuh molek Tata , pacar temanku ini sungguh indah. Lidahku menjelajahi permukaan beledu itu dengan penuh perasaan hingga sampai ke puting payudaranya yang kecoklatan. Aku berhenti, kupandangi lama hingga Tata berteriak penasaran, “Ayo Bram … tunggu apa lagi sayang.”

Aku berpaling ke atas, di hadapanku kini wajah putih jelitanya yang kemerahan sambil menggigit bibir bawahnya karena tak dapat menahan gejolak di dadanya. Hmm… pemandangan yang jarang-jarang kudapat pikirku.

Tanganku meraih ke samping, kusentuh pelan putingnya yang berdiri menjulang sangat menggairahkan dengan telunjukku. “Aaah Bram … jangan bikin aku gila, please Bram …” Dengan gerakan mendadak, aku melahap puting tersebut mengunyah, mempermainkan, serta memilinnya dengan lidahku yang cukup mahir. Tata menjerit-jerit kesenangan. Kebahagian melandanya hingga ia maju dan hendak merengkuh badanku.



“Eit, tunggu dulu Non… jangan terlalu cepat sayang”, aku menjauh dan menyiksanya, biar nanti juga tahu rasanya multi orgasme. Nafas Tata yang memburu dan keringat mengucur deras dari pori-porinya cukup kurasa. Aku bangkit dan pergi ke dapur kecil minum segelas air dingin. “Jaaahat Bram … jahaat…” kudengar seruannya. Saat aku balik, tubuhnya menggigil dan tangannya tak henti merangsang kewanitaanya. 

Aku benci hal itu, dan kutepis tangannya, “Sini… biar aku…” Aku kembali ke arah wajahnya dan kupagut bibirnya yang merah itu dan kami bersilat lidah dengan semangat menggebu-gebu. Kuraih tubuh mungilnya dalam pelukanku dan kutindih pinggulnya dengan badanku. “Uugh…” dia merintih di balik ciuman kami. Kedua bibir kami saling melumat dan menggigit dengan lincahnya, seolah saling berlomba.

Birahi dan berbagai gejolak perasaan mendesak sangat dahsyat. Sangat intensif menggedor-gedor seluruh syaraf kami untuk saling merangsang dan memuaskan sang lawan. Kejantananku minta perhatian dan mendesak-desak hingga permukaannya penuh dengan guratan urat yang sangat sensitif.

Duh… saatnya kah? aku bimbang sejenak namun kubulatkan tekadku dan dengan segera aku menjauh dari Tata . Tanpa disuruh lagi Tata meregangkan kedua pahanya dan menyambut kesediaanku dengan segenap hati. Punggungnya membusur dan bersiap. Sementara aku menyiapkan batang kemaluanku dan membimbingnya menuju ke pasangannya yang telah lumer licin oleh cairan kewanitaannya. Oh my God… sensasi yang saat itu kurasakan sangat mendebarkan, saat-saat pertamaku. 

Gigitan bibir bawah Tata menunjukkan ketidaksabarannya dan dengan kedua betisnya dia mendesak pinggulku untuk bergerak maju ke depan. Akhirnya keduanya menempel. Kubelai-belaikan permukaan kepala kejantananku ke klitorisnya dan Tata  meraung, masa sih begitu sensasional? Biasa sajalah. Kudesak ke depan perlahan (aku tahu ini merupakan hal pertama bagi dia juga) sial… mana muat? Ah pasti muat. Kusibakkan dengan kedua jemariku sambil pinggulku mendesak lagi dengan lembut namun mantap. Membelalak Tata ketika batang kemaluanku telah menyeruak di antara celah kewanitaannya.

Sambil matanya mendelik, menahan nafas dan menggigit-gigit bibir bawahnya, Tata membimbing dengan memegang batang kemaluanku, “Hmm… Bram ? jangan ragu sayang…” Dengan mantap aku menghentakkan pinggulku ke depan agar Tata menjerit. Loh sepertiganya telah amblas ke dalam. Hangat, basah, ketat sangat sensasional. Pinggang kugerakkan ke kiri dan ke kanan.

Sementara Tata kepedasan dan air matanya sedikit mengintip dari ujung matanya yang berbinar indah itu.
“Kenapa sayang?” tanyaku.
“Nggak pa-pa Bram … terusin aja sayang… Aku adalah milikmu, semuanya milikmu…”
“Sungguh…”

Aku tahu pastilah mengharukan bagi gadis manapun meski sebandel Tata , apabila kehilangan keperawanannya. Maka untuk menenangkannya aku merengkuh tubuhnya dan kuangkat dalam pelukan, proses itu membuat kemaluanku semakin dalam merasuk ke dalam Tata . Dia mendelik keenakan, matanya yang indah merem melek dan bibirnya tak henti mendesah, “Bram sayaaang… ugh nikmatnya.”

Saat itu aku sedang memikirkan Ibu Tuti . Aneh, mili demi mili batang kemaluanku menghujam deras ke dalam diri Tata  dan semakin dalam serta setiap kali aku menggerakkan pinggulku ke kiri dan ke kanan sekujur tubuh Tata bergetar, bergidik menggelinjang keras, lalu kudesak ke dalam sambil sesekali kutarik dan ulur.

Tata menjerit keras sekali dan kubungkam dengan ciumanku, glek… kalau ketahuan ibu kost-nya mampus kami. Aku tak menyangka sedemikian ketatnya kewanitaan Tata , hingga kemaluanku serasa digenggam oleh sebuah mesin pemijat yang meski rapat namun memberikan rasa nyaman dan nikmat yang tak terkira.

Pelumasan yang kulakukan telah cukup sehingga kulit permukaannya kuyakin tidak lecet sementara perjalanan batang kemaluanku menuju ke akhirnya semakin dekat. Hangat luar biasa, hangat dan basah menggairahkan, tulang-tulangku seakan hendak copot oleh rasa ngilu yang sangat enak.

Perasaan ini rupanya yang sangat diimpikan berjuta pria. “Eh… Tata sayang… kasihan kau, kelihatan sangat menderita, meski aku tahu dia sangat menikmatinya”. Wajahnya bergantian mengerenyit dan membelalak hingga akhirnya telah cukup dalam, kusibakkan liang kemaluan Tata ku tersayang dengan batang kemaluanku hingga bersisa sedikit sekali di luarnya. 

Tata merintih dan membisikkan kata-kata sayang yang terdengar bagai musik di telingaku. Aku mendenyutkan kemaluanku dan menggerakkannya ke kiri dan ke kanan bersentuhan dengan hampir seluruh permukaan dalam rahimnya, mentokkah? Berbagai tonjolan yang ada di dalam lubang kemaluannya kutekan dengan kemaluanku, hingga Tata akan menjerit lagi, namun segera kubungkam lagi dengan ciuman yang ganas pada bibirnya.

Ku tindih dia, kutekan badannya hingga melesak ke dalam kasur yang empuk dan kusetubuhi dirinya dengan nafsu yang menggelegak. Dengan mantap dan terkendali aku menaikkan pinggulku hingga kepala kemaluanku nyaris tersembul keluar. Ugh, sensasinya dan segera kutekan lagi, oooh pergesekan itu luar biasa indah dan nikmat. Gadis seksi yang ranum itu merem melek keenakan dan ritual ini kami lakukan dengan tenang dan santai, berirama namun dinamis.

Pinggulnya yang montok itu kuraih dan kukendalikan jalannya pertempuran hingga segalanya makin intens ketika sesuatu yang hangat mengikuti kontraksi hebat pada otot-otot kewanitaannya meremas-remas batang kemaluanku, serta ditingkahi bulu mata Tata yang bergetar cepat mendahului aroma orgasme yang sedang menjelangnya. Aku pernah membaca hal ini.

“Shhs sayang Tata … jangan dulu ya sayang ya…”
“Shhh… Bram … nggak tahan aku… Bram… shhhh…”
“Cup cup… kalem sayang…” kukecup lembut matanya, bibirnya, hidungnya, dan keningnya.
Tata mereda, aku berhenti.
“Bram … kamu tega ih…” Tata cemberut sambil menarik-narik bulu dadaku.
“Sshhh sayangku… biar aja, entar kalo udah meledak pasti nikmat deh… minum dulu yuk sayang…”

Aku menarik keluar batang kemaluanku, aku tak mau Tata  tumpah, meski demikian saat aku menarik kemaluanku, ia memelukku dengan kencang hingga terasa sakit menahan sensasi luar biasa yang barusan dia rasakan. Kalian para pembaca wanita yang pernah bercinta pasti pernah merasakan hal itu. Sembari minum aku menarik nafas panjang dan meredakan pula gejolak nafsuku, aku mau yang pertama ini jadi indah untuk kami berdua..

ingatanku kembali melayang ke Ibu Tuti. Apa yang sekarang dia lakukan? Bagaimana keadaan dia? Ah urusan besok sajalah. Dengan melompat aku merambat naik lagi ke tubuh Tata yang sedang tersenyum nakal.
“Minum sayang…” dia memberengut dan minum dengan cepat.
“Ayo Bram … jangan jahat dong…”
Dengan satu gerakan cepat aku menyelipkan diri di antara kedua kakinya seraya membelainya cepat dan meletakkan kemaluanku ke perbukitan yang ranum itu. Cairan putih yang kental terlihat meleleh keluar.

Kusibakkan kewanitaannya, dan dengan cepat kutelusupkan batang kemaluanku ke dalamnya. Ugh, berdenyut keduanya masuklah ia, dengan mantap kudorong pinggulku mengayuh ke depan. Tata pun menyambutnya dengan suka cita. Walhasil dengan segera dia telah masuk melewati liang yang licin basah dan hangat itu ke dalam diri Tata dan bersarang dengan nyamannya. 

Maka dimulailah tarian Tango itu. Menyusuri kelembutan beledu dan bagai mendaki puncak perbukitan yang luar biasa indah, kami berdua bergerak secara erotis dan ritmis, bersama-sama menggapai-gapai ke what so called kenikmatan tiada tara. Gerakan batang kejantananku dan pergesekannya dengan ‘diri’ Tata sungguh sulit digambarkan dengan kata-kata. 

Kontraksi yang tadi telah reda mulai lagi mendera dan menambah nikmatnya pijatan yang dihasilkan pada batang kemaluanku. Tanganku menghentak menutup mulutnya saat Tata menjerit keras dan melenguh keenakan. Lama kutahan dengan mencoba mengalihkan perhatian kepada berbagai subyek non erotis.

Hingga desakan itu tak tertahankan lagi seperti bendungan yang bobol, kami berdua menjerit-jerit tertahan dan mendelik dalam nikmat yang berusaha kami batasi dalam suatu luapan ekspresi jiwa. Tata jebol, berulang-ulang, berantai, menjerit-jerit, deras keluar memancarkan cairan yang membasahi dan menambah kehangatan bagi batang kemaluanku yang juga tengah meregang-regang dan bergetar hendak menumpahkan setampuk benih. 

Kontraksi otot-otot panggulnya dan perubahan cepat pada denyutan liang kemaluannya yang hangat dan ketat menjepit batang kemaluanku. Akh, aku tak tahan lagi.

Di detik-detik yang dahsyat itu aku mengingat Ibu Tuti yang telah aku kecewakan, tapi hanya sesaat ketika pancaran itu mulai menjebol tak ada yang dibenakku kecuali… kenikmatan, lega yang mengawang dan kebahagiaan yang meluap.

Aku melenguh keras dan meremas bahu dan pantat sekal Tata  yang juga tengah mendelik dan meneriakkan luapan perasaannya dengan rintihan birahi. Berulang-ulang muncrat dan menyembur keluar tumpah ke dalam liang senggama sang gadis manis dan seksi itu. 

Nikmat luar biasa. Lemas yang menyusul secara tiba-tiba mendera sekujur tubuhku hingga aku jatuh dan menimpa Tata yang segera merangkulku dan membisikkan kata-kata sayang. “Enak sekali Bram, duh Gusti…” Aku menjilati lehernya dan membiarkan batang kemaluanku tetap berbaring dan melemas di dalam kehangatan liang kewanitaannya (ya ampun sekarang pun aku mengingat kemaluan Tata dan aku bergidik ingin mengulang lagi).

Denyut-denyut itu masih terasa, membelai kemaluanku dan menidurkannya dalam kelemasan dan ketentraman yang damai. Kugigit dan kupagut puting payudara Tata dengan gemas. Tata membalas menjewer kupingku, meski masih dalam tindihan tubuhku.
“Bram sayang… kamu bandel banget deh… gimana kalo Rian tahu nanti Bram …”
“Iya… dan gimana Vina-ku ya?” dalam hatiku.

Ironisnya lagi, kami selalu melakukannya berulang-ulang setiap ada kesempatan. Bagai tak ada esok, dengan berbagai gaya dan cara tak puas-puasnya. Di lantai, di dapur, di kasur, di bath tub, bahkan di kedinginan malam teras belakang paviliun sambil tertawa cekikikan. Rasa khawatir ketahuan yang diiringi kenikmatan tertentu memacu adrenalin semakin deras, yang segalanya membuat gairah.

Tak kusangka kami terkuras habis, lelah tak tertahan namun pagi telah menjelang dan aku harus bertemu dengan Ibu Tuti. Aku bergerak melangkah menjauhi tempat tidur meskipun dengan lutut lemas seperti karet dan tubuhku limbung. Kamar mandi tujuanku. Segera saja aku masuk ke dalam bath tub dan mengguyur sekujur tubuh telanjangku dengan air dingin. Brrr… lemas yang mendera perlahan terangkat seiring dengan bangkitnya kesadaranku. Sambil berendam aku mengingat kembali kilatan peristiwa yang beberapa hari ini terjadi.

Semenjak saat itu asistensiku dengan Ibu Tuti berlangsung beku, dan dia terlihat dingin sekali, sangat profesional di hadapanku. Beliau kembali memangilku dengan anda, bukan panggilan manja Bram lagi seperti dulu. Aku serba salah, tidak sadarkah dia kalau aku pulang malam itu karena menghormati dan menyayanginya? Hingga dua hari menjelang sidang akhir, dan keadaan belum membaik, gambarku selesai namun belum mendapat persetujuan dari Bu Tuti. Kuputuskan untuk berkunjung ke rumahnya, meski aku tak pasti apakah Pak Indra ada di sana atau tidak.

Hari itu mobilku dipinjam oleh teman dekatku, sementara siangnya hujan rintik turun perlahan. Ugh, memang aku ditakdirkan untuk gagal sidang kali ini. Bergegas kucegat angkot dan dengan semakin dekatnya kawasan tempat tinggal beliau, semakin deg-degan debar jantungku. Kucoba mengingat seluruh kejadian semalam saat aku dan Tata bercinta untuk kesekian kalinya, untuk mengurangi keresahanku. Aku turun dari angkot dalam derasnya hujan dan dengan sedikit berlari aku membuka gerbang dan menerobos ke dalam pekarangan.

Basah sudah bajuku, kuyup dan bunga Aster yang kubawakan telah tak berbentuk lagi. Kubunyikan bel dan menanti. Bagaimana kalau beliau keluar? bagaimana kalau Pak Indra ada di rumah? dan beratus what if berkecamuk sampai aku tak menyadari kalau wajah jelita dan tubuh molek Ibu Tuti telah berdiri beberapa meter di depanku. Saat aku sadar senyumnya masih dingin, tapi ada rasa kasihan terbesit tampak dari wajah keratonnya yang selama ini selalu menghiasi mimpi-mimpiku. Aku hanya bisa menyodorkan bunga yang telah rusak itu dan berkata, “Maafkan saya…”

Tubuhku yang menggigil kedinginan dan kuyup itu sepertinya menggugah rasa iba di hati beliau dan aku mendapati beliau tersenyum dan berkata, “Sudah Bram , cepat masuk, ganti baju sana… dua hari lagi kamu sidang loh… entar kalo sakit kan Ibu juga yang repot.” Uuugh, leganya beban ini telah terangkat dari dadaku, dan aku menghambur masuk. “Maaf Bu, saya basah kuyup.” Beliau masuk ke dalam dan segera membawakan handuk untukku.

“Sana ke kamar dan ganti baju gih, pake aja kaus-kaus Bapak.” Kuberanikan diri, mendoyongkan tubuh dan mengecup keningnya, “Terima kasih banyak Bu…” Sang ibu sedikit terperangah dan kemudian menepis wajahku. “Sudah sana, masuk… ganti baju kamu.” Dengan sedikit cengengesan aku masuk ke dalam dan mengeringkan tubuhku, dan mengganti baju dengan kaus yang sungguh pas di badanku.

Segera aku keluar dan mencari Ibu Tuti . Beliau sedang berada di dapur mencoba membuatkan secangkir teh panas untukku. Aduuh, aku sedikit terharu. Dengan beringsut aku mendekatinya dan merangkul beliau dari belakang. Dengan ketus beliau menepis tubuhku dan menjauh.

“Bram … kamu pikir kamu bisa seenaknya saja begitu.” Aku terdiam.
“Saya minta maaf Bu, waktu itu saya pergi karena Bram tak sanggup Bu… Ibu, orang yang paling saya hormati dan sayangi, mungkin Bram butuh waktu, Bu…” sambil berkata demikian aku mendekatinya dan memegang pundak kanan beliau dan memberi sedikit pijatan lembut. Beliau tergetar dan tampak sedikit melunak.

Aku mendekat lagi, “Ibu mau maafin Bram ?” sambil kutatap tajam matanya, kemudian perlahan aku mendekatkan wajahku ke wajah ayu sang ibu.
“Tapi Bram …”

Beliau kelihatan bingung, namun kecupan lembutku telah bersarang lembut pada keningnya. Kurengkuh Tuti yang ranum itu dalam pelukanku dan kuusap-usapkan kelopak bibirku pada bibirnya dan kukecup dan kugigit-gigit bibir bawahnya yang merah merekah itu. Nafas Tuti sedikit memburu dan bibirnya merekah terbuka.

Semula sedikit pasif ciuman yang kuterima, kemudian lidahku menelusup ke dalam dan menyentuh giginya yang putih, mencari lidahnya. Getar-getar yang dirasakannya memaksa Tuti untuk memerima lidahku dan saling bertautlah lidah kami berdua, menari-nari dalam kerinduan dan rasa sayang yang sulit dimengerti. Bayangkan beliau adalah dosenku yang kuhormati, yang meskipun cantik jelita, putih dan mempesona menggairahkan, namun tetap saja adalah orang yang seharusnya kujunjung tinggi.

“Jangan di sini Bram , Tuti bisa datang kapan saja.”
Kutebak Tuti adalah nama pembantu mereka.
“Bapak?”
“Ah biarkan saja dia”, kata dosen pujaanku itu.
Ditariknya tanganku ke arah kamarnya yang mereka rancang berdua.
“Buu… Bapak di mana?”
Wanita matang yang luar biasa cantik itu berbalik bertanya, “Kenapa, kamu takut? Pulang sana, kalau kamu takut.”

Ah, kutenangkan hatiku dan yakin dia pasti juga tidak akan membiarkan ada konfrontasi di rumah mereka. Jadi aku medahului Tuti (sekarang aku hanya memanggil beliau dengan nama Tuti atas permintaannya. Di samping itu, Tuti pun tak berbeda jauh umur denganku) dan dalam satu gerakan tangan, Tuti telah ada dalam pondonganku, kemudian kuciumi wajahnya dengan mesra, lehernya, dan sedikit belahan di dadanya. Menjelang dekat dengan tempat peraduan, Tuti kuturunkan dan aku mundur memandanginya seperti aku memandanginya saat pertama kali. Semula Tuti sedikit kikuk.

“Kenapa? Aku cantik kan?”
Tuti bergerak gemulai seolah sedang menari, duh Gusti… cantik sekali. Ia mengenakan daster panjang berwarna light cobalt yang menerawang.

Kupastikan Tuti tidak mengenakan apa-apa lagi di baliknya. Payudaranya bulat dan penuh terawat, pinggulnya selalu membuat para mahasiswi iri bergosip dan mahasiswa berdecak kagum. Aku sekonyong-konyong melangkah maju dan dengan lembut kutarik ikatan di belakang punggungnya, hingga bagaikan adegan slow motion daster tersebut perlahan jatuh ke lantai dan menampilkan sebuah pemandangan menakjubkan, luar biasa indah. Tubuh telanjang Ir. Tuti yang menggairahkan. Tanpa tunggu lebih lama aku kembali melangkah ke depan dan kami berpagutan mesra, lembut dan menuntut.

Mendesak-desak kami saling mencumbu. Ciuman terdahsyat yang pernah kualami, sensasinya begitu memukau. Lidahnya menerobos bibirku dan dengan penuh nafsu menyusuri permukaan dalam mulutku. Bibirnya yang mungil dan merah merekah indah kulumat dengan lembut namun pasti. Impian yang luar biasa ini, saat itu aku bahkan hendak mencubit lengan kiriku untuk meyakinkan bahwa ini bukanlah mimpi. Tuti melucuti pakaianku dan meloloskan kaosku, sambil sesekali berhenti mengagumi gumpalan-gumpalan otot pada dadaku yang cukup bidang dan perutku yang rata karena sering didera push-up.

Kami berdua sekarang telanjang bagai bayi. Ada sedikit ironi pada saat itu, dan kami berdua menyadarinya dan tersenyum kecil dan saling menatap mesra. Aku menggenggam kedua tangannya dan mengajaknya berdansa kecil, eh norak tapi romantis. Tuti tergelak dan menyandarkan kepalanya ke dadaku dan kami ber-slow dance di sana, di kamar itu, aku dan Tuti, tanpa pakaian. Batang kemaluanku tanpa malu-malu berdiri dengan tegaknya, dan sesekali disentil oleh tangan lentik Tuti. Dengan perutnya ia mendesak batang kemaluanku ke atas dan menempel mengarah ke atas, duh ngilu namun sensasional.

Saat itu cukup remang karena hujan deras dan cuaca dingin, namun rambut Tuti yang indah tergerai wangi tampak jelas bagiku. Kucium dan kubelai rambutnya sambil kubisikkan kata-kata sayang dan cinta yang selalu dibalasnya dengan… gombal, bohong dan cekikikan yang menggemaskan. Aku semakin sayang padanya.

Ah, aku tak tahan lagi. Kudesak tubuh Tuti ke arah pinggiran peraduan, kubaringkan punggungnya sementara kakinya tergolek menjuntai ke arah lantai. Aku berlulut di lantai dan mengelus-elus kaki jenjangnya yang mulus. Dan mulai mencumbunya. Kuangkat tungkai kanannya sambil kupegang dengan lembut, kutelusuri permukaan dalamnya dengan lidahku, perlahan dari bawah hingga ke arah pahanya. Pada pahanya yang putih mulus aku melakukan gerakan berputar dengan lidahku. Tuti merintih kegelian. “Bram , it feel so good, aku pengen menjerit jadinya…” Saat menuju ke kewanitaannya yang berbulu rapi dan wangi, aku menggunakan kedua tanganku untuk membelai-belai bagian tersebut hingga Tuti melenguh lemah.



Lalu sambil menyibakkan kedua labianya, aku menggigit-gigit dan menjepit klitorisnya yang tengah mendongak, dengan lembut sekali. “Aduuuh Bram , aku sampai sayang…” Sejumlah besar cairan kental putih meluncur deras keluar dari dalam liang kewanitaaannya dan dengan segera aroma menyengat merasuk hidungku. Dengan hidungku aku mendesak-desak ke dalam permukaan kewanitaannya. Tuti menjerit-jerit tertahan.

“Bram … nggghh… Bram … aduhh…” Tuti sontak bangkit meraih dan meremas rambutku kemudian semakin menekannya ke dalam belahan dirinya yang sedang menggelegak. Kuhirup semua cairan yang keluar dari-nya, sungguh seksi rasanya. Aku mengenali wangi pheromone ini sangat khas dan menggairahkan. Tuti -ku tersayang juga menyukainya, sampai menitikkan sedikit air mata. Aku naik ke atas dan menenangkan kekasih dan dosenku itu.

Dengan wajah penuh peluh Tuti tetaplah mempesona. “Aduh Bram , Tuti udah lama nggak banjir kayak gitu… mungkin perasaan Tuti terlalu meluap ya sayang ya…” Dengan manja ibu yang sehari-harinya tampil anggun itu melumat bibirku dan menciumi seluruh permukaan wajahku sambil cekikikan. Aduuuh, aku sayang sekali sama dosenku yang satu ini. Kudekap Tuti dalam pelukanku erat demikian juga dibalasnya dengan tak kalah gemasnya, sehingga seolah-olah kami satu.

Aku ingin begini terus selamanya, mendekap wanita yang kusayangi ini sepanjang hayatku kalau bisa, tapi nuraniku berbisik bahwa aku tidak dapat melakukannya. Akhirnya kuliahku telah usai dan nilai yang memuaskan telah kuraih, wisuda telah lama lewat, dan sekarang aku telah menjadi entrepeneur muda. Agen BandarQ

Rabu, 03 Maret 2021

Kenikmatan Tubuh Clarisa



NagaQQ - Clarisa salah seorang cewek cantik yang bekerja di perusahaan yang sama denganku dan aku sudah tertarik padanya sejak dia baru masuk dalam perusahaan ini. Tapi aku tidak mempunyai keberanian untuk mendekatinya karena Clarisa meruapakan gadis yang banyak di perebutkan oleh pria di sana. Tidak terkecuali juga manajerku karena itu aku hanya bisa melihatnya dari jauh.


BACA JUGA :  Menantu Menjadi Pemuas Nafsu ku


Namaku Alvin dan aku bekerja di sini sudah hampir empat tahun karena semenjak lulus dari kuliah aku langsung bekerja di perusahaan ini. Sekarang umurku sudah menginjak 26 tahun dan belum memilki pasangan, karena aku begitu pilah-pilih di dalam memilih pasangan meskipun itu hanya untuk sekedar pacaran, karena itu aku belum pernah sekalipun melakukan adegan layaknya dalam cerita ngentot.


Tapi banyak yang bilang kalau aku kurang terbuka dan bersikap biasa saja ketika hendak mendekati seorang wanita. Padahal banyak gadis yang bekerja disini juga berusaha mendekatiku tapi aku membiarkan dan tidak terpengaruh dengan apa yang mereka perbuat untuk menarik perhatianku. Karena bagiku aku harus menuruti kata hati kalau ingin mendekat apalagi ingin menjalin hubungan dengan mereka.


Dengan Clarisa aku merasa jatuh cinta pada pandangan pertama padahal bukan baru kali ini aku melihat gadis cantik seperti dirinya. Tapi begitu melihatnya di tambah dengan senyum menawannya membuatku begitu ingin mengenalnya lebih dekat bahkan aku berharap lebih untuk menjadi kekasihnya, tapi aku tidak berani mendekatinya apalagi menyatakan perasaanku.


Karena hal itu aku menjadi lebih menjauh darinya daripada berusaha untuk mencari perhatiannya. Aku tahu tidak akan mudah jika harus bersaing dengan manajerku, yang merupakan seorang pria muda dan juga sukses dalam karirnya beda denganku yang hanya pegawai staf biasa yang tidak mampu memberikan kelebihan jika harus berhubungan dengan Clarisa yang nyaris begitu sempurna menurutku.


Tapi aku di selimuti ke takutan juga bagaiamana jika dia hanya di jadikan sebagai pelampias nafsu, seperti hanya untuk di ajak melakukan adegan layakanya dalam cerita ngentot. filmbokepjepang.sex Karena sekarang sudah banyak para pria mendekati seorang wanita hanya untuk melakukan hal itu, aku selalu terpengarah setiap melihat Clarisa bersama dengan pria apalagi yang memang di kenal nakal dalam kantor ini.


Sepertinya perhatian yang aku berikan meski secara sembunyi di lihat oleh Clarisa karena pada suatu hari aku mendapat ajakan lewat sms darinya. Yang mengatakan untuk jalan baerng denganku, awalnya aku mengira itu akal-akalan temanku saja yang mengetahui kalau aku suka sama Clarisa , tapi setelah sms tidak aku balas dan dering telpon yang aku angkat ternyata suara merdu Clarisa saat itulah aku percaya.





Kamipun tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengenal lebih dekat, karena sejak saat itu Clarisa begitu dekat padaku. Bahkan di kantor dia lebih sering bersamaku dan dapat di lihat pandangan setiap mata yang melihat kami, aku tidakl tahu cara menembak dia lebih dulu masih ada ketakutan dalam hatiku, dan akupun merasa begitu saja sudah cukup melihat Clarisa bersamaku setiap hari.


Namun hal itu tidak cukup karena pada suatu hari ketika aku menuju kantin pas jam istirahat. Di sana aku melihat Clarisa duduk dengan seorang cowok dan dapat di pastikan kalau itu pak Imran manajerku, hatiku sakit saat itu dari sana begitu terlihat kalau pak Imran begitu memperlakukan Clarisa secara spesial akupun makan dengan perasaan yang gundah kala itu dan tidak berani menatap pada Clarisa .


Karena hal itu juga aku bersikap menjauh darinya karena aku tidak mau jika harus kecewa. Meskipun tidak terlalu lama aku menghindar pada Clarisa tapi hal itu dapat membuatku sakit juga sampai-sampai aku tidak bisa untuk pergi bekerja karena panas tubuhku, pagi ini akupun hanya sendirian di rumah karena ayahku juga sudah pergi bekerja dan aku memang hanya hidup berdua dengan ayah.


Di saat aku menonton TV kemudian aku mendengar seseorang mengucapkan salam beberapa kali dan akupun bangun untuk membuka pintu. Dan betapa aku terkejut ternyata Clarisa siang ini datang ke rumahku, belum sempat aku menyapanya dengan kata-kataku dia sudah berlari memeluk tubuhku. Aku hanya bisa terpaku kala itu tapi begitu Clarisa menatapku dengan tatapan tajam. 


Saat itulah aku dengan berani mendekatkan bibirku padanya dan aku begitu senang karena dia membalas dengan hangat. Tubuh kami mugkin sudah sama-sama terbakar kerinduan karena dengan dorongan kecil tubuh Clarisa aku langsung merebahkan diri pada sofa pojok ruang tamuku ” Aku kangen Alvin…. a.. ku…. sayang.. kamu…. ” Terdengar suaranya begitu parau dan aku tahu kalau dia benar-benar merindukan aku.


Layaknya dalam adegan cerita ngentot meskipun baru pertama kali tapi aku dengan lihai melumat bibir seksi Clarisa hingga diapun mendesah ” Oooooouuuggghh… Al.. vin…. aaaaaggggghhh…. aaaaaagggghhhh… aaaaaaagggghhh… sa.. yang….. aaaaggghhh… ” Aku tidak dapat menahan nafsuku hingga ketika Clarisa melepas pakaiannya akhirnya akupun melepas bajuku.


Tapi aku masih ragu untuk menyelupkan kontolku yang sudah membesar pada memeknya. Dan Clarisa sepertinya mengetahui keraguanku diapun memegang kontolku lalu mengelusnya perlahan kemudian dia acungkan pas pada lubang memeknya dan ” ooouuuggghh… go.. yang… sa…. yang…. aaaaaaggggghhhh…. aaaggggghh…. a.. yo… aaaagggghhh.. ” Akupun bergerak melambat dari atas tubuhnya.


Dengan sebelah tangan berpegangan pada sofa akupun menggoyangakn pinggulku saat itu ” Oooouuuggghh… oooouuuggghh… oooouuugghh… aaaagghh…. terus… sa.. yang… aaaaggghhhh… ” Rupanya ini yang di maksud kenikmatan setiap aku membaca cerita ngentot, akupun tidak lagi pasif di dalam gerakanku terkadang aku memutar-mutar pantatku dan dapat aku lihat Clarisa menggelinjang.




NAGAQQ: AGEN BANDARQ BANDARQ ONLINE ADUQ ONLINE DOMINOQQ TERBAIK


Akupun semakin buas menggoyang pinggulku hingga aku sendiri tidak kuat untuk mengerang “OOooouuggghh… aaaaggghhhh… aaagggghh… aaaagggghhh… Clarisa … sa.. yang… aaaagggghhh… ” Mungkin karena baru pertama kali melakukan adegan layaknya dalam cerita ngentot ini akupun tidak lama kemudian memuncratkan spermaku pertama kali dalam lubang memek wanita.


Clarisa mengapitkan kedua kakinya dan menatap tajam ke arahku saat itulah dia lemparkan senyumannya padaku. Aku masih terkulai lemas di atas tubuhnya karena tidak dapat rebahan di sampingnya, karena sofa ini tidak mampu menampung dua tubuh kami dengan mesra Clarisa mengelus-elus tubuhku dan akupun mendaratakn ciumanku dengan bertubi-tubi padanya.



NagaQQ

Selasa, 02 Maret 2021

Menantu Menjadi Pemuas Nafsu ku


NagaQQ - Ini adalah kisahku tentang bagaimana aku mendapatkan kenikmatan dari menantuku istri dari anak ku sendiri. Nana mematut diri di depan cermin. Ini adalah hari yang paling di nantikannya, hari pernikahannya. Ada banyak alasan kenapa akhirnya dia bersedia menikah dengan Arvin. Dan seks adalah salah satunya, meskipun Arvin hanya mempunyai sebuah penis yang kecil saja.


BACA JUGA :  Bercinta Dengan teman Ayahku


Namun seks dengan lelaki lain menjadi jauh lebih menyenangkan meskipun sejak Arvin telah menyematkan sebuah cincin berlian di jarinya. Dia merasa bersalah dan membutuhkannya dalam waktu yang bersamaan, setiap kali dia merasakan cincin tersebut di jarinya saat lelaki lain sedang meyetubuhi vaginanya yang dijanjikannya hanya untuk Arvin.


Dia ingat saat malam dimana Arvin melamarnya. Dia tersenyum, mengangguk dan berkata “ya”, menciumnya dan menikmati bagaimana nyamannya rasa memakai cincin berlian yang sangat mahal tersebut. Dan setelah makan malam bersama Arvin itu, dia langsung menghubungi Alan, begitu mobil Arvin hilang dari pandangan, mengundangnya datang ke rumah kontrakannya. 


Nana menunggu Alan dengan tanpa mengenakan selembar pakaianpun untuk menutupi tubuhnya yang berbaring menunggu di atas tempat tidurnya, cincin berlian yang baru saja diberikan oleh Arvin adalah satu-satunya benda yang melekat di tubuh telanjangnya. Ada desiran aneh terasa saat matanya menangkap kilauan cincin berlian itu waktu tangannya menggenggam penis gemuk Alan. Tubuhnya tergetar oleh gairah liar saat tangannya mencakup kedua payudaranya dengan sperma Alan yang melumuri cincin itu. 


Dan oergasme yang diraihnya malam itu, yang tentu saja bersama lelaki lain selain tunangannya, sangat hebat – tangan yang tak dilingkari cincin menggosok kelentitnya dengan cepat sedangkan dia menjilati sperma Alan yang berada di cincin berliannya. Dia menjadi ketagihan dengan hal ini dan berencana akan melakukannya lagi nanti pada waktu upacara perkawinannya nanti.


Saat ini, dia memandangi pantulan dirinya di dalam cermin mengenakan gaun pengantinnya. Dia terlihat menawan, dan dia sadar akan hal itu. Nana tersenyum. Dia membayangkan nanti pada upacara pernikahannya, teman-teman Arvin akan banyak yang hadir dan akan banyak lelaki lain yang akan dipilihnya salah satunya untuk memenuhu fantasi liarnya. Vaginanya berdenyut, dan dia membayangkan apa yang akan dilakukannya untuk membuat hari ini lebih komplit dan sempurna, saat lonceng berbunyi nanti.


Saat dia membuka pintu, Ayah Arvin, Damar , sedang berdiri di sana, bersiap untuk menjemputnya dan mengantarnya ke gereja. Nana menarik nafas dalam-dalam. Dia tahu lelaki di hadapannya ini sangat merangsangnya – beberapa bulan belakangan ini dia telah berusaha untuk menggodanya, dan dia pernah mendengar lelaki ini melakukan masturbasi di kamar mandi saat dia datang berkunjung ke rumah Arvin, menyebut namanya.


Nana belum pasti apakah mudah nantinya untuk menggoda Damar agar akhirnya mau bersetubuh dengannya, tapi sekarang dia akan mencari tahu tentang hal tersebut. Dia tersenyum lebar saat menangkap mata Damar yang manatap tubuhnya yang dibalut gaun pengantin ketat untuk beberapa saat.


“Ayah” tegurnya, dan memberinya sebuah ciuman kecil di pipinya. Parfumnya yang menggoda menyelimuti penciuman Damar . “Ayahdatang terlalu cepat, aku belum siap. Tapi Ayahdapat membantuku.” Digenggamnya tangan Damar dan menariknya masuk ke dalam rumah kontrakannya, tempat yang akan segera ditinggalkannya nanti setelah menikah dengan Arvin.


Damar mengikutinya dengan dada yang berbar kencang. Ini adalah saat yang diimpikannya. Dia heran bagaimana anaknya yang pemalu dan bisa dikatakan kurang pergaulan itu dapat menikahi seorang wanita cantik dan menggoda seperti ini, tapi dia senang karena nantinya dia akan mempunyai lebih banyak waktu lagi untuk berdekatan dengan wanita ini. “Apa yang bisa ku bantu?”


Nana berhenti di ruang tengahnya yang nyaman lalu duduk di sebuah meja.


“Aku belum memasang kaitan stockingku… dan sekarang, dengan pakaian ini… aku kesulitan untuk memasangnya.”


Suaranya terdengar manis, tapi matanya berkilat liar menggoda. Diangkatnya tepian gaun pengantinnya, kakinya yang dibungkus dengan stocking putih dan sepatu bertumit tinggi langsung terpampang.


“Bisakah Ayah membantuku memasangnya?”


Damar  ragu-ragu untuk beberapa waktu. Jantungnya berdetak semakin cepat. Apakah ini sebuah “undangan” untuk sesuatu yang lain lagi, ataukah hanya sebuah permintaan tolong yang biasa saja? Dia mengangguk.


“Oh, tentu…” dia berlutut di hadapan calon istri anaknya dan bergerak meraih kaitan stockingnya. Jemarinya sedikit gemetar saat Nana dengan pelan mengangkat kakinya . Damar berusaha untuk memasangkan kaitan stocking itu.





Nana menggigit bibir bawahnya menggoda, dan lebih menaikkan gaunnya, menampakkan paha panjangnya yang dibalut stocking putih. Dia dapat merasakan sebuah perasaan yang tak asing mulai bergejolak dalam dadanya., sebuah tekanan nikmat yang membuat nafasnya semakin sesak, membuat nafasnya semakin memburu, dan membuatnya semakin melebarkan kakinya. Dia dapat merasakan cairannya mulai membasahi. Kaitan itu akhirnya terpasang di sekitar lututnya. Damar menghentikan gerakannya, tak yakin apakah dia sudah memasangkan dengan benar.


“Ayah , seharusnya lebih ke atas lagi…” tangan calon Ayah mertuanya yang berada sedikit dibawah vaginanya membuatnya menjadi berdenyut dengan liar.


Keragu-raguan itu hanya bertahan untuk beberapa saat saja. Tangan Damar menarik kaitan itu semakin ke atas saat calon istri anaknya meneruskan mengangkat gaun pengantinnya semakin naik. Dia menelan ludah membasahi tenggorokannya yang terasa kering saat akhirnya kaitan itu terpasang pada tempatnya di bagian paling atas stockingnya. Dia yakin dapat mencium aroma dari vagina Nana sekarang, yang membuat jantungnya seakan hendak melompat keluar dari dadanya.


Tangannya berhenti, kaitan stocking itu melingari bagian atas paha Nana … dan dia merasakan bagian gaun pengantin itu terjatuh saat Nana melepaskan sebelah pegangannya untuk meraih bagian belakang kepalanya dan mengarahkan wajah Ayah calon suaminya mendekat ke vaginanya, dan Damar menemukan tak ada celana dalam yang terpasang di sana.



Nana melenguh dan memejamkan matanya saat harapannya terkabul. Damar tak memprotes atau menolaknya, lidahnya menjilat tepat pada bibir vaginanya, dan Nana semakin basah dengan cairan gairahnya.


Dengan sebelah tangan yang masih menahan gaun pengantinnya ke atas, dan yang satunya lagi menekan wajah calon mertuanya ke vaginanya yang terbakar, dia mulai menggoyangkannya perlahan. Ini serasa di surga, dan menyadari apa yang diperbuatnya tepat di hari pernikahannya membuat tubuhnya semakin menggelinjang.


Dia mengerang saat lidah Damar memasuki lubangnya, dan lidah itu mulai bergerak, menghisap bibir vaginanya, menjilati kelentitnya, wajah Damar belepotan dengan cairan kewanitaan calon istri anaknya di ruang tengah rumah kontrakannya.


Semakin Nana menggelinjang, semakin keras pula Damar menghisapnya.


“Oh ya Ayah … jilat vaginaku… buat aku orgasme sebelum aku mengucapkan janjiku pada putramu… kumohon…” perasaan salah akan apa yang mereka perbuat membuat Nana dengan cepat meraih orgasmenya, dan hampir saja dia rubuh menimpa Damar . Ini bukan seperti orgasme yang biasa diraihnya, ini seperti rangkaian ombak yang menggulung tubuhnya, merenggut setiap sel kenikmatan dari dalam tubuhnya.


Cairan Nana terasa nikmat pada lidah Damar, dia menjilat dan menghisap vaginanya seperti seorang lelaki yang kehausan. Penisnya terasa sakit dalam celananya, cairan pre cum nya membasahi bagian depan tuxedonya.


Nana kembali menggelinjang, lalu dengan pelan bergerak mundur, membiarkan gaun pengantinnya menutupi Ayah Arvin. Lalu dia membuka resleting di bagian belakang gaunnya dan membiarkannya jatuh menuruni tubuhnya.


Dia melangkah keluar dari tumpukan gaun pengantinnya yang tergeletak di atas lantai, hanya mengenakan sepatu bertumit tingginya, bra, dan tentu saja stocking beserta kaitannya yang baru saja dipasangkan Damar pada pahanya. Nana tersenyum padanya, vaginanya berkilat dengan cairannya.


“Aku akan ke kamar mandi untuk membetulkan make-up, kalau Ayah memerlukan sesuatu…” dia berkata dengan mengedipkan matanya. Damar menatapnya melenggang dan menghilang di balik pintu, begitu feminim dan menggoda. Hanya beberapa detik kemudian dia menyusulnya.


Saat dia memasuki kamar mandi dan berdiri di depan sebuah cermin di atas washtafel, dan sudah mengenakan sebuah celana dalam berwana putih. Damar tahu kalau ini adalah salah satu godaannya yang manis, dan dia telah siap untuk bermain bersamanya.


Nana melihatnya masuk, dan dengan sebuah gerakan yang cantik membuka lebar pahanya. Damar melangkah ke belakangnya, mata mereka saling terkunci dalam masing-masing bayangannya dalam cermin. Tangan Damar bergerak ke bagian depan tubuhnya, menggenggam payudaranya yang masih ditutupi bra. Nana tersenyum. “Tapi Ayah , bukankah ini tak layak dilakukan oleh seorang Ayah calon pengantin pria?”


Damar memandangi bagaimana bibir Nana yang membuka saat bicara, mendengarkan hembusan hangat nafasnya, seiring dengan tangannya yang meremasi payudaranya dalam balutan bra. “Tak se layak apa yang akan kulakukan padamu.”


Nana menggigit bibirnya dan mendorong pantatnya menekan penisnya yang mengeras.


“Aku nggak sabar,” bisiknya.


Sejenak kemudian Nana merasakan tangan calon Ayah mertuanya berada di belakangnya saat dia melepaskan sabuk dan membiarkan celananya jatuh turun. Dengan mudah tangan Damar menarik celana dalamnya ke samping. Nana menarik nafas dalam-dalam saat dia merasakan daging kepala penisnya menekan bibir vaginanya yang masih basah.


Dia mengerang dan memegangi tepian washtafel saat dengan perlahan Damar mulai mendorongkan batang penis itu memasukinya. Nana merasakan bibir vaginanya menjadi terdorong ke dalam, merasakan dinding bagian dalamnya melebar untuk menerimanya.


“Apa ini terasa lebih baik dari penis putaku?” Damar tersenyum puas. Dia tahu se berapa ukuran penis putranya, dan dia yakin kalau putranya mewarisinya dari garis ibunya. Vagina calon istri putranya terasa sangat menakjubkan pada batang penisnya, dengan cepat dia sadar kalau dia layak untuk menyetubuhi calon menantunya lebih sering dibandingkan putranya. Dan dia mendapatkan firasat kalau dia bisa melakukannya kapanpun mereka memiliki kesempatan.


“Oh brengsek!!! Ya Ayah … ayo… beri aku yang terbaik untuk merayakan pernikahanku dengan putra kecilmu.” dia lebih membungkuk ke bawah, dan merasakan tangan Damar pada pinggulnya. Dia mencengkeramnya dengan erat dan mulai memompanya keluar masuk.


Mereka sadar akan terlambat menghadiri upacara pernikahan, tapi Damar memastikan vagina sang mempelai wanita benar-benar berdenyut menghisap sehabis persetubuhan keras yang lama. Nana mengerang dan menjerit dan bergoyang pada batang penis itu, mengimbangi gerakannya. Mereka saling memandangi bayangan mereka berdua di dalam cermin saat menyalurkan nafsu terlarang mereka.



Nana merasa teramat sangat nakal, disetubuhi dengan layak dan keras oleh Ayah calon suaminya tepat sebelum upacara pernikahannya. Damar merasakan vaginanya mengencang pada batang penisnya, dan kali ini, dia merasa seluruh tubuh Nana mengejang sepanjang orgasmenya.


Wanita ini adalah pemandangan terindah yang pernah disaksikannya, punggungnya melengkung ke belakang ke arahnya seperti sebuah busur panah yang direntangkan, matanya melotot indah, mulutnya ternganga dalam lenguhan bisu. Damar bahkan dapat merasakan pancaran dari orgasmenya menjalari batang penisnya saat dia tetap menyetubuhinya.


Dia telah membuatnya mendapatkan orgasme seperti ini selama tiga kali, hingga dia nyaris rubuh di atas washtafel, menerima hentakannya, vaginanya hampir terasa kelelahan untuk orgasme lagi. Tapi Damar tahu bagaimana membawanya ke sana.


“Kamu mengharapkan spermaku, iya kan, Nana ? Kamu ingin agar aku mengisimu dan membuat vaginamu terlumuri spermaku yang sudah mengering saat berjalan di altar pernikahanmu, benar kan wanita jalangku?”





NAGAQQ: AGEN BANDARQ BANDARQ ONLINE ADUQ ONLINE DOMINOQQ TERBAIK


“Oh ya… yaaa!” sang pengantin wanita mulai kesulitan bernafas, dan Damar dapat merasakannya menyempit. Damar melesakkan batang penisnya sedalam yang dia mampu, dengan setiap dorongan yang keras, dan segera saja dia merasakan sensasi terbakar dan dia tahu dia tak mampu menahannya lebih lama lagi. Tepat saat penisnya melesak jauh ke dalam vagina calon istri putranya, menyemburkan cairan sperma yang banyak ke dalam kandungannya, dia merasakan tubuh Nana menegang dan orgasme untuk sekali lagi.


Dicabutnya batang penisnya keluar, menyaksikan lelehan sperma yang mengalir turun di pahanya menuju ke kaitan stocking pernikahannya. Damar tersenyum. “Aku akan menunggu di mobil, Nana …”


Perlahan Nana bangkit, masih menggelenyar karena sensasi itu, wajahnya memerah, lututnya lemah, vaginanya berdenyut dan bocor. “Mmm, baiklah Ayah .”


Dia memutuskan untuk melakukan “tradisinya” dan dan mengorek sperma Ayah Arvin dari pahanya dengan jari tangan kirinya yang dilingkari oleh cincin berlian pemberian Arvin.


Saat Damar melihat mempelai wanita putranya masuk ke dalam mobil, sudah rapi dan bersih, terlihat segar serta berbinar wajahnya dan siap untuk upacara pernikahan, sedangkan bayangannya yang terpantul dari kaca mobil adalah saat Nana memandang tepat di matanya dan menjilat spermanya dari cincin berlian pemberian putranya itu.


NagaQQ