Selasa, 30 Juni 2020

Bercinta Dengan Anak Tetanggaku


NagaQQ - Perjalanan pulang ke rumahku pada liburan kuliah waktu itu memang melelahkan Selain padatnya jalanan akibat musim liburan sekolah, hujan lebat juga terus mengguyur sepanjang perjalanan tapi membayangkan hangatnya kamarku membuat aku mampu menembus hujan deras itu di atas motorku. Beberapa jam kemudian sampailah aku di komplek rumahku. komplek itu tadinya hanya sebuah kebun, kini berdiri tiga rumah di kebun itu. Rumahku, rumah pak Jono di belakang rumahku dan rumah pak Rahman di samping rumahku.

BACA JUGA :  Memuaskan Nafsu Jessica

Hujan turun semakin deras saat aku buka gerbang rumahku dan melihat Jenni, anak gadis tertua pak Rahman duduk sendirian di depan rumahnya. Ia nampak menggigil kedinginan di kursi depan rumahnya. Dan aku datangi dia dan bertanya. “Jenni, ngapain kok di depan rumah aja? Baru pulang sekolah ya?” “Iya, mas. Aku baru pulang. Tapi ternyata bapak, ibu & adik2ku mendadak pergi ke luar kota berkunjung kerumah pakde ku. Kunci rumah yang aku pegang hilang, jadi aku bingung harus ke mana. Mau ke rumah mas, bapak dan ibu mas juga sedang ke luar kota. Mau ke rumah teman tapi hujan deras” Jawabnya sambil melihatku.

Pandangan matanya sungguh cantik. Jenni memang cantik. Di umurnya yang belasan, tubuhnya terbilang ranum. Di SMU tempatnya bersekolah, ia dikenal sebagai sorang kembang sekolah. Karena aku pun kedinginan basah kuyup, sementara hujan semakin deras, aku pun berbasa-basi menawarinya untuk berteduh di rumahku. Di luar dugaan ku ternyata dia setuju.Tanpa banyak bicara, kubukakan gerbang dan pintuku dan mempersilahkannya duduk di ruang keluarga. Ruang yang cukup hangat.

Jenni berterimakasih dan masuk sambil menggigil kedinginan lalu aku tersadar, ternyata pakaian seragam sekolah yang dikenakannya basah kuyup. Lekuk2 tubuhnya terlihat jelas karena pakaiannya lekat menempel. Sempat terlintas pikiran nakal yang membangunkan hasratku. Tapi cepat2 kusingkirkan pikiran itu. Besar resikonya kalau “makan” anak tetangga sendiri, hehehe.

Segera kuambilkan handuk, kaos, celana training dan jaket dan kuberikan padanya. ” Jenni, ganti aja dulu. Kalau perlu mandi aja sekalian di kamar mandi depan ya. Aku mandi di kamar mandi belakang.” Jenni pun mengangguk. Sekilas terbersit di pikiranku, ada kemungkinan Jenni akan menanggalkan underwearnya dan hanya mengenakan pakaian yang aku berikan. Pikiran nakal dan bayangan tubuh indah yang sedang mandi di kamar mandi depan terus membayangi otakku. Sehingga aku pun tidak dapat menahan diri untuk onani membayangkan nikmatnya tubuh Jenni.

Lima belas menit kemudian, terdengar telepon. Kuangkat dan ternyata ibuku yang menyuruhku meminta Jenni menginap di rumah saja. Ternyata orangtua Jenni menelpon orangtuaku dan menitipkan Jenni pada mereka. Lalu pikiran setanku makin menari-nari. Kusampaikan pesan orangtuaku dan orangtuanya pada Jenni.

“Ya udah, kamu tidur aja di kamar tengah, kamar tamu. Kalo butuh apa2 atau pengen makan ambil aja sendiri” Kataku.
“Iya, mas makasih. Aku nonton sinetron dulu ya. Boleh kan?” Jawabnya.
“Boleh dunk. Oiya, aku laper, sekalian aku bikinin mi instan ya?” Tanyaku
“Aku bantuin deh, mas” Katanya.

Akhirnya di dapur, kami berdua menyiapkan mi instan istimewa. Istimewa buatku, karena ruang dapur yang sempit membuat tubuh kami beberapa kali saling “bersentuhan”. Beberapa kali buah dadanya dan pantatnya yang lembut itu mendarat di punggungku. Gila! Tertutup jaketpun buah dadanya masih begitu membentuk. Akupun mulai kewalahan menutupi batangku yang mulai berdiri. Selesai masak, kami sepakat makan di ruang keluarga sambil menonton tivi. Sementara di luar sana, hujan deras dan guntur masih terus mendera. Mi hangat, hujan deras, dan gadis cantik…benar-benar liburan sempurna, pikirku.

Jenni memang seorang kembang, Bukan hanya karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya, tapi juga karena kecerdasannya. Ngobrol dengannya benar-benar mengasyikkan. Sebegitu asyiknya sampai dia tak canggung mencubit dan bersandar padaku sembari terpingkal2 menanggapi lelucon2ku. Ini tentu saja membuatku semakin kelimpungan menyembunyikan batangku yang semakin bersemangat. Hingga akhirnya terlihat kilat dan suara guntur yang sangat keras disusul padamnya lampu. Jenni berteriak dan memelukku. “Mas, aku takut gelap” Jeritnya. “Iya, tenang, tenang ya. Mas cari lilin dulu” Kataku berusaha menenangkannya sambil memegang tangannya. Karena gelap, bukannya memegang tangganya, tanganku malah meleset ke dadanya. Padat dan lembut. Ketakutannya membuat Jenni tidak peduli dan terus memelukku. ” Nggak usah, mas. Aku takut” Rengeknya. Akhirnya aku pun memeluknya sambil mengelus-elus punggungnya. Perlahan nafsuku makin memuncak.dan usapanku turun ke pantatnya dan berganti menjadi remasan yang engarah ke selangkangannya.

Jenni terpekik dan mendorongku, tapi aku tarik dan perketat pelukanku. Jenni terus saja mendorongku dan ia semakin panik ketika tidak sengaja ia menyentuh selangkanganku. Dia menyentuh batangku yang berdiri sempurna. “Lepasin, mas” Pekiknya. Tapi nafsuku sudah di ubun2. sehingga bukan melepasnya, tapi aku mendorongnya merebah, dan menindihnya. Kuciumi dia yang memukuliku. Aku tak peduli, terus saja kuciumi lehernya dan dadanya yang ternyata tidak memakai apa2 lagi selain kaos dan jaket yang aku berikan. Kulepaskan ikat pinggangku dan dengan susah payah kuikat kedua tangannya ke ujung sofa. Jenni menjerit minta tolong, tapi derasnya hujan dan petir yang bersahutan menelan jeritannya. Kubuka zipper jaket yang dikenakannya, dan menyingkap kaos yang menutupi dadanya. Tepat ketika kaos nya berhasil kusingkap, lampu kembali menyala. Walhasil terlihatlah pemandangan yang luarbiasa.

Airmata yang meleleh di pipinya menambah kecantikan Jenni. Buah dadanya yang putih, besar dan padat tidak tertutupi lagi, menantang dengan puting coklat muda yang ranum, semakin menantang karena tangannya terikat ke atas. Kubuka seluruh pakaianku sambil terus menindihnya dan menikmati buah dadanya. Kuremas2, kupilin2 putingnya, kuciumi, gigit, hisap dan jilati kedua buah dada beserta putingnya sampai putingnya menegang dan memerah. Jenni terus saja meronta dan menangis, tapi beberapa menit kemudian ia tidak lagi menjerit, bahkan sesekali mendesah ketika aku meremas dan menghisap putingnya.Perlahan kuselipkan tanganku ke balik celana trainingnya, yang seperti dugaanku, ia tidak mengenakan apapun di baliknya sehinga aku dengan mudah bisa menyentuh semak2nya dan menekan bukit kecil di baliknya. Kurasakan vagnya telah basah. Kuusap2 dan gesek klitorisnya dengan jari tengahku.

 Jenni pun menggeliat dan melenguh lembut saat jariku menari2 di klitorisnya. Tubuh Jenni bergetar hebat saat aku menekan dan menggesekan jariku kuat=kuat di klitoris dan vagnya. Kutarik lepas celananya, Jenni tersentak dan merapatkan kakinya. Ia menendang-nendang liar namun kakinya justru dengan mudah bisa kutangkap dan kurentangkan. Kutindih Jenni, dan kuletakkan batangku persis di depan klitorisnya, kutekan dan gesekkan kepala batangku ke klitorisnya yang basah dan hangat itu. Jenni kembali meronta, namun tidak lama kemudian rontaannya menjadi gelinjang nikmat, dan pekikannya menjadi lenguhan serta desahan yang membuatku semakin bersemangat meremas buah dada, menjilati dan menghisap puting dan menggesekkan batangku pada klitorisnya.



Perlahan kurasakan Jenni mulai pasrah, kakinya mulai meregang, gelinjangannya kini seirama dengan gesekan kepala batangku. Perlahan Jenni memanggilku “Massss, mas boleh ngapain aja, tapi jangan dimasukkin. Aku masih perawan, mas.” Bisiknya sambil sesenggukan. “Kenapa, Jenni? Percayalah, mas bertanggungjawab. Lagipula mas ingin kamu juga menikmati ini sampai puncak” Jawabku sambil menempatkan kepala batangku di depan vagnya. “Nggak, mas! Jangan! Ooooh, nggaaaak, Jenni nggak mauuu!” Jeritnya. “Oooh, sakit mas, sakit , aaah, oooh!!!” Pekiknya ketika perlahan kudorong batangku memasuki liang sempit yang licin dan hangat. Jenni meronta, namun gerakannya malah membuat batangku masuk semakin dalam dan dalam sampai ke pangkalnya.

Ooooh, nikmatnya. Kurasakan bau anyir darah perawan yang membasahi batangku ketika dengan seperlahan dan selembut mungkin kutarik batangku keluar, hanya sedikit gerakan yang kubuat untuk meminimalisir rasa sakit Jenni. Dan sepertinya gerakanku tepat, karena pekikan kesakitan Jenni mulai berubah menjadi desahan, walau ia masih meronta dan menangis. Makin lama kurasakan vagnya makin rapat menjepit batangku, tapi juga semakin licin, maka kepercepat ayunan pinggulku yang membuat batangku semakin deras menghunjam dan tertarik dari vag Jenni.

Jenni mengelinjang dan mendesah mengikuti irama pompaanku. Ia tidak lagi menangis, Jenni kini malah terpejam-pejam dan menggigit bibirnya. Buah dadanya nampak indah berguncang setiap kali kutusukkan batangku dalam2. Sexy sekali. Semakin cepat ku pompa batangku di dalam vagnya. Desahannyapun kini berubah menjadi erangan nikmat. Perlahan kulepas ikatan tangannya.

Dan tangannya pun menggapai-gapai dan mencengkeram erat sofa lalu memeluk kepalaku yang sedang mengulum dan jilati putingnya. Disembunyikannya wajahnya yang terlihat semakin menikmati perkosaan ini. Hingga akhirnya tubuhnya mengejang, dan kurasakan vagnya menggenggan kuat batangku. Kupercepat ayunanku, sampai akhirnya aku tidak lagi dapat menahan diri untuk menyemburkan air maniku di dalam liang vagnya. 

“Aaaah, Diaaaan, kamu nikmat sekali, sayang!” bisikku sambil mengulum daun telinganya. Kutarik batangku perlahan dan setelah lepas, mengalir keluarlah air maniku melalui lubang kenikmatan Jenni. Jenni telentang lemas dengan nafas memburu dan peluh membasahi seluruh tubuhnya. Kupeluk tubuh indah dan ciumi wajah cantiknya

Perlahan ku usap wajah Jenni, dan menyeka airmatanya. Kucium kening dan bibirnya. Jenni mendorongku pelan, dan berbisik “mas, bener kan mau tanggung jawab kalau aku hamil?” “Ya, sayang” Jawabku. Jenni pun memelukku dan kubalas dengan pelukan. Dia pun membalasku. “Malam ini Jenni punya Mas, Mas boleh nikmati tubuh Dian sepuasnya” Bisiknya sambil memelukku. Kugendong ia ke kamar, dan malam itu, ditemani hujan deras yang turun sepanjang malam, kembali ku”perkosa” Jenni . Kusetubuhi Jenni berkali-kali sampai sore menjelang. Agen BandarQ
NagaQQ

Senin, 29 Juni 2020

Memuaskan Nafsu Jessica


NagaQQ - Hari ini aku  kena PHK di tempat kerjaku dan  istriku tidak bicara ketika kutunjukkan surat pemutusan hubungan kerja itu. Ia hanya memandangi bayi kami yang baru berusia 1 bulan. Terbayang di benak kami bagaimana cara menghidupi bayi ini tanpa pekerjaan.

Dan sudah 1 minggu aku menyibukkan diri mencari lowongan pekerjaan di koran serta mendatangi perusahaan untuk mencari kerja dan hasilnya nihil. dan setelah aku pulang sorenya istriku membawa kabar gembira. Pak Danuwarta, lelaki tua yang tinggal tidak terlalu jauh dari rumah kami kena stroke. Ia harus istirahat total dan berhenti menyupir untuk majikan nya. Kata istriku, majikan pak Danuwarta butuh supir baru segera.


Pagin harinyapukul 7 aku langsung pergi ke rumah Pak Robert, mantan majikan Pak Danuwarta. Rumah Pak Robert sangatlah mewah. Pembantu Pak Robert membukakan  pintu gerbang dan mempersilakan aku menunggu di depan teras rumahnya. Tidak lama kemudian Pak Robert menghampiriku. dia seorang lelaki tua, direktur di perusahaan peralatan masak di Surabaya.

“Kamu tetangga Pak Danuwarta?” Tanya Pak Robert.
“Benar, Pak. Nama saya Eriko”
“Kamu kelihatan muda sekali. Berapa umurmu?” Tanya Pak Robert.
“27 tahun, Pak”
“Sudah lama jadi supir?”
“2 tahun, Pak”

“Baik, Eriko. Kamu akan menjadi supir pribadi istri saya. Istriku adalah Manager perusahaan. Ia harus banyak mengunjungi cabang-cabang perusahaan kami di kota-kota lain di Indonesia,” ujar Pak Robert. “Gaji tiga bulan pertama Rp 3 juta. Setuju?”
“Setuju, Pak”
“Kamu mulai kerja hari ini!” kata Pak Robert.

Seminggu sudah aku menjadi supir Nyonya Robert. Dari karyawan kantor, aku tahu nama Nyonya Robert adalah Jessica. Di mobil Bu Jessica tak banyak bicara. Seperti pagi ini dalam perjalanan ke Malang, menuju ke kantor cabang. Ia hanya bicara beberapa patah kata saja.

Kami sampai di Malang sebelum tengah hari. Bu Jessica langsung memimpin rapat. Aku sendiri langsung menuju warteg makan di depan kantor. Setelah 3 jam menunggu, perutku mulas. Aku mencari WC. Kata karyawan kantor, WC supir ada di bagian belakang. Aku segera menyelinap ke belakang mencarinya.

Setelah selesai, aku bermaksud kembali ke depan melewati lorong-lorong sempit itu. Dinding salah satu lorong itu ternyata adalah kaca salah satu ruang kantor. Tirai dinding kaca itu terbuka sedikit, dan tak sengaja dari celah kecil itu aku melihat sebuah adegan seru, yang sudah pasti bukan kegiatan kantoran pada umumnya.

Seorang lelaki muda sedang asyik memeluk, mencium dan dengan lidahnya menelusuri dada perempuan yang aku kenal betul, yakni Bu Jessica. di atas sebuah sofa di ruang kantor kepala pemasaran cabang Malang.

Bu Jessica menampakkan dadanya yang penuh di balik BH yang terurai sebelah. Bu Jessica tampak begitu menikmati itu. Kepalanya terdongak dengan mata terpejam bibirnya terbuka. Kalau tak ada dinding kaca ini, aku pasti bisa mendengar desah-desah nikmatnya. Aku terpaku menikmati adegan kecil di celah sempit itu.

Tak sengaja kakiku menyentuh tumpukan stok barang pecah belah. Setumpuk piring jatuh berhamburan, menimbulkan suara yang pasti terdengar dari dalam ruangan. Kulihat aksi Bu Jessica dan lelaki itu terhenti seketika. Aku lari menjauh, tak perlu repot-repot menata ulang piring-piring yang berserakan.

Satu jam kemudian Bu Jessica keluar dari kantor dan minta balik ke Surabaya. Aku tak berani banyak bicara dalam mobil. Bu Jessica juga tidak, tapi ia kelihatan santai sekali. Aku bertanya-tanya dalam hati apakah ia tahu aku mengintipnya tadi. Dua puluh menit kemudian, masih dalam perjalaan balik ke Surabaya, ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

“Eriko, berapa umurmu?” Tanya Bu Jessica tiba-tiba.
“27 tahun, bu”
“Sudah menikah?”
“Sudah, Bu. Saya punya bayi usia 1 bulan”

Tiba-tiba Bu Jessica melemparkan satu amplop tebal ke kursi di sebelahku. Sejumlah lembaran seratus ribuan tampak dari ujung amplop yang terbuka.

“Itu untuk kamu dan anakmu. 10 juta rupiah!” kata Bu Jessica.
“Untuk saya?” tanyaku heran.
“Ya, untuk kamu,” tegas Bu Jessica.
“Wah, untuk apa ini, ya, bu?” tanyaku tak mengerti. Aku melihatnya dari kaca spion. Bisa kulihat Bu Jessica tersenyum dari kaca itu.

“Ini uang tutup mulut. Aku tahu kamu mengintip aku sedang bermesraan dengan Seto tadi. Tidak boleh ada yang tahu ini. Kalau Pak Robert tahu, itu berarti dari kamu. Dan kau pasti akan kehilangan pekerjaan. Kunci mulutmu dengan uang 10 juta itu, dan kau tetap bisa bekerja. Paham?” ujar Bu Jessica tegas.

Aku terdiam sejenak. Kuberanikan bicara,
“Ibu tidak perlu memberi saya uang itu. Saya akan tutup mulut. Ibu bisa pegang kata-kata saya”
“Tidak! Ambil saja! Dan jangan bicara lagi!”

itulah kalimat terakhir bu Jessica. Selebihnya, ia tidak bicara lagi. Besoknya aku menyetorkan uang ke tabunganku tanpa bilang-bilang istriku. Dan selanjutnya, aku menutup mulut rapat-rapat. Hari-hari berjalan seperti biasa, tak banyak yang berubah.


Seketika berubah suasana di dalam mobil. Belakangan ini Bu Jessica kerap kali bergeser tempat duduk. Kalau biasanya ia duduk tepat di belakangku, kali ini ia lebih sering bergeser ke kiri. Ia mulai mencuri pandang ke arahku dari duduknya di mobil. Entah kenapa ia begitu. Yang jelas aku tak pernah berani menatapnya dari balik.

Pagi ini aku mengantar Bu Jessica ke bandara Juanda. Ia akan bertugas memeriksa cabang Bali selama seminggu. Jadi, selama seminggu ini aku akan stand-by di kantor Pak Robert sebagai sopir cadangan. Tapi selepas siang sebuah sms masuk ke HP-ku. Itu dari Bu Jessica. Bunyinya, : Sopir cabang Bali sakit. Kamu ke Bali siang ini. Sudah saya kirim uang buat beli tiket pesawat. Kamu langsung ke kantor Cabang Denpasar”.

Segera aku mendapatkan uang tiket dan alamat kantor Cabang Denpasar dari kantor Surabaya. Senang juga rasanya naik pesawat untuk pertama kalinya. 4 jam kemudian aku sudah berada di Kantor Cabang Denpasar. “Saya lebih nyaman kalau kamu yang nyupir,” kata Bu Jessica begitu duduk di kursi belakang di mobil Cabang Denpasar. “Kamu banyak tahu jalan-jalan di Denpasar, kan?” tanya Bu Jessica.

“Ya, Bu. Saya menempuh SMA saya di sini,” kataku.
“Baiklah, langsung ke Hotel Santika Kuta Beach,” perintah Bu Jessica.

Setelah check-in di hotel, aku sempat membawakan barang ke kamar Bu Jessica, sebuah kamar cottage tepat di pinggir pantai Kuta. “Ini uang buat cari hotel kecil di sekitar sini. Mobil kamu bawa. HP-kamu mesti stand-by. Kalau saya perlu keluar, saya akan telepon,” kata bu Jessica.
“Baik, bu!”

Aku mendapatkan hotel kecil tak jauh dari Santika Kuta Beach. Jam 6malam kurang sedikit, sehabis mandi, dan mengenakan t-shirt, teleponku bergetar. Bu Jessica kirim SMS. “Charger hp  saya tertinggal di mobil. Bisa kamu antar ke hotel?” demikian bunyi SMS itu. Aku segera beranjak. Ketika sampai di hotel, SMS Bu Jessica datang lagi, “Kamu sudah sampai hotel? Bisa langsung antar charger ke kamar saya?”

Dengan charger di tangan, aku bergerak ke bagian belakang hotel dan mencari cottage bu Jessica. Di malam hari suasana cottage itu syahdu benar, dengan tanaman rindang, lampu redup di seputaran cottage dan deburan ombak laut tak jauh dari cottage. Aku mengetuk pintu cottage.

“Masuk saja, tidak dikunci!” terdengar suara Bu Jessica. Aku tak berani langsung masuk. Ragu aku berdiri di depan pintu.
“Masuk, Eriko!” suara Bu Jessica agak meninggi, setengah memerintah.

Aku mendorong pintu. Bu Jessica berdiri di dekat jendela yang menghadap ke pantai dengan segelas soft-drink dengan rambut terurai dan senyum manis. Berdebar aku melihatnya. Tank-top merah ketat yang dikenakan membiarkan lekuk-lekuk dadanya terlihat jelas. Belahan dada yang indah itu pun tidak tersembunyikan. Aku menatap kakinya yang jenjang. Shorts putih yang teramat pendek itu menyajikan sepasang paha mulus yang kencang.

“Ini chargernya, Bu Jessica. Saya taruh sini, ya!” kataku. Bu Jessica berjalan menghampiriku. Ya ampun! Cara berjalan itu, demikian menggetarkan dada. Seksi nian orang satu ini. “Kamu kelihatan gugup,” ujar Bu Jessica tenang, menatapku dengan pandangan penuh. Tak pernah ia memandangku sedemikian rupa sebelumnya.

“Lihat sekeliling. Sebuah kamar yang nyaman dengan lampu redup, dan suara debur ombak. Sempurna sekali, bukan?” kata Bu Jessica. Aroma parfum mahal itu menyergap hidungku. Aku tak tahu Bu Jessica bicara apa, tapi aku menjawabnya.

“Ya, benar. Sempurna,” kataku. Aku mundur beberapa langkah. Bu Jessica makin dekat ke arahku.
“Apa yang kau pikirkan sekarang?” tanya Bu Jessica. Wajahnya tak jauh dari wajahku,
“Saya….eh…saya, harus segera balik. Saya tidak ingin mengganggu kesempurnaan suasana ini,” kataku.

“Begitu?” kata Bu Jessica pelan, meletakkan gelas di meja di sebelahnya.
“Kalau begitu, balikkan badan dan tutup pintu itu,” katanya kemudian. Aku menuruti perintahnya. Aku membalikkan badan, dan menutup pintu.
“Tidak, begitu, Eriko. Tutup dari dalam, bukan dari luar!” ujar Bu Jessica.Aku terkejut.
“Dari dalam? Maksud Ibu?”

“Ya, dari dalam. Dan kau tetap di sini. Kita cuma berdua di kamar yang romantis ini. Tidak bisakah kau lihat ranjang itu? Tidak kah kau tahu kenapa aku memanggilmu ke sini? Tidak bisakah kau lihat betapa aku menginginkanmu?”

Aku diam terpaku. Tapi ada benda yang mulai terasa mekar di selangkanganku. Bu Jessica mendekatiku dan mengalungkan kedua tangannya ke leherku. “Pangil aku Jessica saja. Bawa aku ke ranjang itu. Aku ingin kamu cumbui aku. Bercintalah denganku. Aku pingin sekali!” Belum sempat aku mengucapkan sepatah kata.

Bibir Jessica telah mendarat di bibirku. Dilumatnya aku dengan rakus dan beringas. Entah kenapa aku tak lagi ragu. Kubalas lumatan bibir itu dengan tak kalah beringas. Sungguh manis dan segar bibir itu. Jessica segera melepas kaosku dan melepas tank-topnya sendiri, membiarkan dada indahnya telanjang.

Aku segera menyergap dada indah itu. Kukulum dan kuhisap habis-habisan puting susu Jessica. Aku yakin itu yang ia suka dan ia mau sekarang. Dan aku benar. Ia mengerang dan mendesah dan membiarku aku mengeksplorasi dada dan lehernya dengan bibir dan lidahku.

Kukulum lembut puting merah jambu itu dan kuremas- remas dengan ritme yang lembut pula. Tubuh Jessica bergetar hebat. Dengan ciuman bertubi-tubi dan dorongan dadanya pula, ia menggerakkan aku ke arah ranjang dan menindihku dengan gencar, masih dengan ciumannya yang makin beringas.

“Susuku. Aku mau kau hisap putingku lagi. Telusuri sekujur dadaku. Buat aku nikmat. Buat aku melayang, Eriko!”
“Kau akan dapatkan yang kau mau, Jessica ” kataku tersengal.

Kuberi Jessica jilatan-jilatan rakus di puting dan seputaran susunya. Ia membalasanya dengan gerakan yang sangat terlatih dan terampil. Dibalasnya aku dengan menghisap dan menggigit kecil putingku. Dan debur ombak pantai Kuta seperti mendadak membimbing Jessica untuk memintaku melepaskan celana pendek yang dikenakan itu, dan ia tak sabar membantu aku melepaskan celana jeansku.

“Lepas celanaku, Eriko. Lepas dan beri aku kejantananmu,” Jessica mendesah ketika mulai kuraih celana itu untuk kulorotkan. Tempik indah dan manis perempuan itu menyembul dengan kerumunan rambut halus yang menyemut di sekitarnya.
“Kamu mau aku menggerayangi ini dengan lidahku?” tanyaku.
“Itu yang aku mau. Do it!” kata Jessica.



Ia membantu dirinya sendiri terlentang dan meraih kepalaku. Kubenamkan wajahku di tempat Jessica dan kumainkan lidahku, merangsek sedalam mungkin ke seantero vagina yang basah dan lapar itu. Jessica  merintih, mengerang, mendesah dan mengaduh nikmat. “Ohhhh! ooouhhhh! Ouuuhhhh, Eriko!! That’s good. Terussss. Terusss. Ouuuh!” Jessica terus mengerang di antara debur ombak pantai.

Sejenak kemudian, ia mengangkat kepala dan meraih penisku. “Sekarang kau harus merasakan balasanku,” seloroh Jessica. Ia menelan bulat-bulan penisku dan mengulumnya penuh nikmat. Iapun menarik penisku maju mundur mulai dari kecepatan rendah, sedang dan kecepatan tinggi dengan jepitan mulutnya. Aku terengah-engah dibuatnya. Sungguh ahli perempuan ini memberikan kenikmatan pada penisku. Benar-benar mabuk aku dibuatnya.

Tak sabar lagi aku. Libidoku sudah naik ke ubun-ubun. Aku menindihnya, menyerang susunya sekali lagi dan membuat Jessica menggelinjang liar di tempat tidur itu. Jessica lebih tak sabar lagi. Ia mengulum penisku dan membantuku mencari tempat basahnya.

“Senangkan aku, bahagiakan aku, Eriko. Aku mau kamu sejak pertama aku melihat kamu!
“Kamu terlalu banyak meminta, Jessica,” kataku.

Kubenamkan penisku ke dalam vaginanya yang basah menantang. Kupompa dengan penuh kelembutan dengan gerakan yang kusesuaikan dengan debar nafas Jessica. Kubiarkan penisku mencari titik-titik nikmat di vagina Cina seksi ini. Kuberi ia bonus gigitan-gigitan kecil di puting dan sekujur susunya. Ini membuat Jessica senang bukan main. Tak bisa kujelaskan rintihan, desahan dan erangan Jessica .Restupoker

Aku dan Jessica bercinta semalam suntuk. Jessica hanya memberiku istirahat sejenak sebelum ia mulai menyerang aku lagi. Ia punya banyak teknik permainan yang membuatku terperangah. Dan ia selalu meminta, meminta dan meminta. Ini membuat aku harus mengimbanginya terus, berapa kalipun ia memintanya.

Kami berada di Bali seminggu penuh. Jessica pintar bikin alasan untuk tidak perlu datang ke kantor cabang. Ia hanya mau aku mencumbunya terus dan terus tiada habis. Pada malam terakhir sebelum balik ke Surabaya, aku dan Jessica bercinta di dalam sleeping-bag selepas tengah malam di pantai yang sunyi.

Begitu balik ke Surabaya, Jessica terus minta aku memuaskannya di kamar rumahnya ketika Pak Robert dan seisi rumah sedang keluar, kami pergi ke hotel di Malang, Jogja, Madiun, Jakarta bahkan Singapura. Sering pula Jessica minta aku mencumbunya di dalam mobil dan dimana saja ia menjadi horny.Agen BandarQ
NagaQQ

Sabtu, 27 Juni 2020

Anak Pamanku Yang Nakal Kepadaku


NagaQQ - Udah 3 tahun lamanya aku tinggal di rumah pamanku untuk menuntut ilmu, dan pamanku mempunyai 2 anak cewek dan 1 anak cowok, mereka bertiga kuliah tapi di lain kota. Anak pamanku yang cewek dua-duanya memang terkenal cantiknya. Suatu hari waktu dari pulang dari kostnya di luar kota dia bertemu denganku dan kami ngobrol ke sana kemari yang nggak ada tujuannya yang pasti. Oh ya diluar kota tempat anak pamanku kuliah, pamanku  punya rumah yang di tempati anak lakinya dan satu anak ceweknya. Suatu hari anak pamanku yang cowok pulang karena emang libur dan yang cewek masih di sana, karena takut ia anak ceweknya yang satu sendirian mamanya memanggilku untuk aku menemaninya. Dan mamanya bilang sama aku untuk menemani si Gladis, karena takut sendirian di rumah yang berada di luar kota.


Kira-kira pukul 5 sore aku mengendarai motor pergi ke sana, jarak tempuhselama 3 jam untuk sampai ke rumah pamanku yang diluar kota. Sampai sana sudah pukul 8 malam dan si Gladis udah menyambut di teras rumah karena takut sendirian di dalam rumah, "takut ya" setelah sampai dalam rumah kata aku untuk membuka pembicaraan, sambil menutup pintu dia menjawab ya pasti masak iya dong dengan menggoda aku.

Tidak banyak bicara, aku langsung masuk kamar dan langsung tiduran karena agak penat naik sepeda montor, Gladis nyusul masuk dan dia sambil juga merebahkan tubuhnya bilang sama aku ” Mas aku belum makan yuk makan di luar saja, aku mengiyakan saja karena aku juga belum makan malam”. Kami pun meluncur ke pusat kota untuk makan di dalam perjalanan, sambil ngobrol perasaan aku ada yang aneh karena Gladis ini memegang tubuhku dan menumpangkan kepalanya di pundakku waktu kita ngobrol seperti layaknya seorang pacar. Sesampainya di warung kami makan ngobrol dan langsung pulang ke rumah karena memang udah jam setengah sepuluh malam.

Sampai rumah aku langsung masuk kamar dan rebahan di kasur karena udah ngantuk tapi aku di kagetkan Gladis yang masuk ke kamar dan bilang ia tidur di sini berdua, aku menjawab boleh saja. pas aku sudah terlelap tiba tiba aku merasakan  pipiku ada yang mengusap lembut, karena antara sadar dan tidak akupun tidak langsung tahu karena aku kira mimpi ternyata benar-benar nyata, si Gladis menciumi aku dari sebelah dan aku pura-pura tidak tahu. Lama-lama aku nggak sabar dan aku tarik Gladis ke pelukanku dan ia nurut saja karena emang ia yang mau, aku kulum bibirnya dan aku ciumi lehernya, penuh gairah dan aku semakin nafsu untuk melakukanya maka aku masukkan tanganku ke dalam dasternya ternyata Gladis nggak pakai bh sehingga jemariku bebas meremas-remas payudaranya yang cukup besar dan kenyal itu.



Gladis semakin mengelinjang ahhh emmmm saking keenakan karena bibirnya aku kulum sekaligus aku remas-remas payudaranya yang masih kenyal itu. Aku semakin tidak terkendali lagi, aku masukkan jemariku ke dalam celana dalamnya dan aku masukkan salah satu jemariku ke dalam vaginanya, dia mengeliat dan agak merintih kesakitan dan bilang sama aku " mas agak sakit "ucapnya, Aku tidak sabar untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya. ketika kumasukkan penisku Gladis merintih-tetapi tidak meminta untuk di cabut.

Aku terus tancapkan penisku tapi Gladis bener-bener ke sakitan dan dia denagn lirih berbisik pelan-pelan " mas vaginaku ada darah " ok sayang jawabku dan kamipun mengulang ulang sampai pagi karena begitu nikmatnya dan kami pun sangat puas. Agen BandarQ
NagaQQ

Jumat, 26 Juni 2020

Bercinta Dengan Suami Tetanggaku


NagaQQ - Perkenalkan namaku Jenni, aku dan suami pindah kerumah baru kami, kami baru pindah ke sebuah kompleks perumahan yang masih sangat baru. Dan kami dekat dengan tetangga baru kami yang bernama Pras dan Dinda. Aku dan Dinda, istri Pras jadi seperti kaka adik saja, kebetulan kami hanya selisih 1 tahu saja . Hampir tiap hari kami saling curhat tentang seks. Aku kurang senang soal di ranjang dengan suamiku. di karenakan setiap melakukan hubungan badan suamiku senangnya tembak langsung tanpa pemanasan dulu, begitu sudah keluar ya sudah, dia tidak peduli dengan aku lagi. Sehingga aku sangat jarang mencapai titik kepuasan dengan suamiku. Sebaliknya Dinda bercerita kalau dia sangat senang dengan kehidupan seksnya. Pras hampir selalu bisa memberikan kepuasan kepada istrinya.


Hari senin itu aku sendirian di rumah. Terdengar ketukan di pintu memanggil suamiku.Aku membukakan pintu. “Eh .. Mas. Masuk Mas,” sapaku. Aku baru selesai mandi sehingga tanpa make up dengan rambut yang masih basah tergerai sebahu. Aku mengenakan daster batik mini warna hijau tua dengan belahan dada rendah, tanpa lengan yang memeperlihatkan pundak dan lengan yang putih dan sangat mulus. “suamimu mana Jenni ?” “Wah ke luar kota Mas.” “Tumben Jenni dia tugas luar kota. Kapan pulang?” “Iya Mas ada proyek, jadi dia harus ikut, sampai Minggu baru pulang.  Agen Judi Online

Mas Pras ada perlu apa dengan suamiku?” “tidak, cuman ingin mengajaknya bermain catur aja. Lagi sumpek, Dinda ama Aria nginep dirumah ibunya.” “Wah kalo cuman main catur ama Jenni aja Mas.” “Emang Jenni bisa catur?”  jangan menghina Mas, biar Jenni cewek belum tentu kalah lho ama Mas.” kata ku sambil tersenyum. “Ya bolehlah, aku pengin menjajal Jenni ,” katanya dengan nada agak nakal.Aku hanya tersenyum menjawab godaanku. Aku membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan dia duduk di kursi tamu. “Sebentar ya Mas, Jenni ambil minuman. Mas susun dulu caturnya.”

Aku melenggang ke ruang tengah. Pas aku melangkah sambil membawa baki yang berisi 2 cangkir teh dan sepiring kacang goreng kegemarannya dan suamiku kalau lagi main catur, dia sedang menyusun biji2 catur dipapannya. Aku membungkuk meletakkan baki di meja, mau tak mau belahan dada dasterku terbuka dan menyingkap dua bukit toketku yang putih dan sangat padat. Aku tidak memakai bra. Kemudian aku duduk di kursi sofa di seberang meja. “Siapa jalan duluan Mas?” “Jenni putih, ya jalan duluan dong,” jawabnya. Beberapa saat kami mulai asik menggerakkan buah catur. Aku membuktikan bahwa aku cukup menguasai permaian ini. Beberapa kali langkah ku membuat dia harus berpikir keras. Tapi aku pun kerepotan dengan langkahnya.

Beberapa kali aku harus memutar otak. Kadang2 aku membungkuk di atas meja yang rendah itu dengan kedua tanganku bertumpu di pinggir meja. Posisi ini tentu saja membuat belahan dasterku terbuka lebar dan kedua toketku yang aduhai itu menjadi santapan empuk kedua matanya. Satu dua kali dalam posisi seperti itu aku mengerling kepadanya dan memergoki dia sedang menikmati toketku. Aku membiarkan matanya menjelajahi toketku sehingga aku sama sekali tidak mencoba menutup daster dengan tanganku. “Cckk cckk cckk Jenni memang hebat, aku ngaku kalah deh.” “Ah dasar Mas aja yang ngalah dan nggak serius mainnya. Konsentrasi dong Mas,” jawab ku sambil tersenyum menggoda. “Ayo main lagi, Jenni belum puas nih.” kataku rada genit.

Kami main lagi, permainan berjalan lebih seru, sehingga suatu saat ketika sedang berpikir, tanpa sengaja tanganku menjatuhkan biji catur yang sudah “mati” ke lantai. Dengan mata masih menatap papan catur aku mencoba mengambil biji catur tsb dari lantai dengan tangan kananku. Rupanya dia juga melakukan hal yang sama, sehingga tanpa sengaja tangan kami saling bersenggolan di lantai. Entah siapa yang memulainya, tapi kami saling meremas lembut jari tangan di sisi meja sambil masih duduk di kursi masing2. Aku melihat ke arah nya. dia masih dalam posisi duduk membungkuk . Jari tangan kirinya masih terus meremas jari tangan kananku.

Dia menjulurkan kepalaku dan mencium dahi ku dengan sangat mesra. Aku sedikit terperanjat dengan langkahnya, tapi hanya sepersekian detik saja. Aku melenguh pelan, “oooohhh …”Dia tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia mengkulum lembut bibir ku sambil tangan kanannya melingkar di belakang leherku. Aku menyambutnya dengan mengulum balik bibirnya. Kami saling berciuman dengan posisi duduk berseberangan dibatasi oleh meja. Kuluman bibirnya ke bibirku berubah menjadi lumatan. Bibirku disedot pelan, dan lidahnya mulai menyeberang ke mulutku. Aku pun menyambutnya dengan permainan lidahku.

Merasa tidak nyaman dalam posisi ini, dia lepaskan ciumannya. Dia bangkit berdiri, berjalan mengitari meja dan duduk di sisi kiri ku. Belum sedetik dia duduk aku sudah memeluknya dan bibirnya kembali melumat kedua bibirku. Lidahnya terus menjelajah seluruh isi mulutku sepanjang yang bisa dia lakukan. Aku pun tak mau kalah bereaksi. Harus aku akui bahwa aku belum pernah berciuman begini hot, bahkan dengan suamiku sekalipun. Dia menciumi sisi kiri leher ku yang putih jenjang. Rintih kegelian yang keluar dari mulut ku dan bau sabun yang harum semakin memompa semangatnya. Ciumannyabergeser ke belakang telinga ku, sambil sesekali menggigit lembut cupingnya. Aku semakin menggelinjang penuh kegelian bercampur kenikmatan. “Aaahhhh … aaaahhhhh,” aku merintih pelan. Dia merangkul leherku dengan lengan kanannya.

Tangan kanannya mulai menelusup di balik dasterku dan merayap pelan menuju puncak toket ku yang sebelah kanan. Toketku memang sangat padat. Bentuknya sempurna, ukurannya cukup besar karena tangannya tak mampu mengangkup seluruhnya. Jari2nya mulai menari di sekitar pentil ku yang sudah tegak menantang. Dengan ibu jari dan telunjuknya dia memelintir lembut pentilku yang mungil itu. Aku kembali menggelinjang kegelian. Aku menolehkan wajah ke kiri dengan mata yang masih terpejam. Dia melumat bibirku. Kami kembali berciuman dengan panasnya sambil tangannya terus bergerilya di toket kananku. Ciumannya semakin ganas dan sesekali menggigit lembut bibirku.

Tangan kirinya digerakkan ke paha kiri ku yang mulus. Lambat namun pasti, usapan tangan diarahkannya semakin keatas mendekati pangkal pahaku. Ketika jarinya mulai menyentuh cd ku di sekitar no nokku, dia menghentikan gerakanku. Tangan kirinya kembali diturunkan, dia mengusap lembut pahaku mulai dari atas lutut. Gerakan ini diulang beberapa kali sambil tangan kanannya masih memelintir pentil kanan ku dan mulut kami masih saling berpagutan.

Ciumannya semakin mengganas. Dia pun mulai meraba no nokku yang masih terbalut cd itu. no nokku berdenyut lembut . Dengan jari tengah tangan kirinya, dia menekan pelan tepat di tengah no nokku. Denyutan itu semakin terasa. “Aaahh … Mas… aahhh .. iya .. iya,” aku melenguh sambil sedikit meronta dan kedua tanganku menyingkap daster miniku serta menurunkan cdku sampai ke lutut. Serta merta matanya bisa menatap leluasa no nokku. Bukitnya menyembul indah, jembutku cukup lebat. Di antara kedua gundukan no nokku itu terlihat celah sempit yang kentara sekali berwarna merah kecoklatan.

Jarinya tangan kirinya mulai membelai, Aku bereaksi terhadap belaiannya dengan menciumi leher dan telinga kanannya. Aku semakin erat memeluknya. Tangan kanannya dari tadi tak berhenti meremas toket ku yang sangat berisi itu. Jarinya mulai mengusap lembut no nokku yang sangat halus itu. Perlahan dia menyisipkan jari tengah kirinya di celah no nokku. Aku rasakan sedikit lembab dan agak berlendir. Dia menyusup lebih dalam lagi sampai dia menemukan it ilku yang sangat mungil . Dengan gerakan memutar lembut dia mengusap it ilku. “Ahhhh … iya … Mas .. ahhhh .. ahhhh.” Jari tengahnya ditekan sedikit lebih kuat ke it ilku, sambil digosokkan naik turun. Aku meresponsnya dengan membuka lebar kedua pahaku, namun gerakanku terhalang cd yang masih bertengger di kedua lututku.

Sejenak ia menghentikan gosokan jarinya, dia menggunakan tangan kirinya untuk menurunkan cdku. Aku membantu dengan mengangkat kaki kiriku hingga cdku terlepas dan hanya menggantung di lutut kanan ku. Gerakan ku sudah tak terhalang lagi. Dengan leluasa aku membuka lebar kedua pahaku. Jarinya sekarang leluasa menjelajah seluruh no nokku yang sudah sangat licin berlendir itu. Dia menggosok vaginaku dengan lebih kuat sambil sesekali mengusap  dan digesek keatas kearah vaginaku. Aku menggelinjang semakin hebat. “Aaaaaahhhhh …. Mas .. Mas ….. ahhhhh .. terus … ahhhhh,” pintaku sambil merintih. Intensitas gosokannya semakin dia tingkatkan. Dia mulai mengorek bagian luar lubang no nokku. “Iya … ahhh … iya .. Mas …”

Aku bersandar di sofa dan kepalaku kebelakang, mataku tertutup rapat. Mulutku terbuka lebar sambil tak henti mengeluarkan erangan penuh kenikmatan. Tanganku terkulai lemas tak lagi memeluknya. Tangan kanannya pun sudah berhenti bekerja karena merangkul aku dengan erat agar aku tidak melorot ke bawah. Daster ku sudah terbuka sampai keperut, menyingkap kulit yang sangat putih mulus tak bercacat. Cdku masih menggantung di lutut kananku. Pahaku mengangkang maksimal. Jarinya masih menari-nari di seluruh bagian luar no nokku.

Cerita Sex Kenikmatan Dia sengaja belum menyentuh bagian dalam no nokku. Aku sekarang memutar kepala ke kiri kanan dengan liar. Rambut basahku yang sudah mulai kering tergerai. “Mas … Mas …. ahhhhh …. enak …. ahhhh nggak tahaaann .. ahhhh.” Aku sudah hampir mencapai puncak kenikmatan birahiku. Dengan lembut dia mulai menusukkan jari tengahnya ke dalam no nokku yang sudah sangat basah itu. Dia menyorongkan sampai seluruh jarinya tertelan no nokku yang cukup sempit itu. Dia tarik perlahan sambil sedikit dibengkokkan keatas sehingga ujung jarinya menggesek lembut dinding atas no nokku. Gerakan ini dilakukannya berulang kali, masuk lurus keluar bengkok, masuk lurus keluar bengkok, begitu seterusnya. Tak sampai 10 kali gerakan ini, tubuhku menjadi kaku, kedua tanganku mencengkeram erat pinggiran sofa. Kepalaku semakin mendongak kebelakang. Mulutku terbuka lebar. Gerakannya dipercepat dan ditekan lebih dalam lagi. “Aaaaaahhhhhhhhhh.”

Aku melenguh dalam satu tarikan nafas yang panjang. Tubuhku sedikit menggigil. Aku bisa merasakan jari tangannya makin terjepit kontraksi otot no nokku, dan bersamaan dengan itu cairan no noktku menyiram jarinya. Aku telah nyampe. Dia tidak menghentikan gerakan jarinya, hanya sedikit mengurangi kecepatannya. Tubuh ku masih menggigil dan menegang. Mulutku terbuka tapi tak ada suara yang keluar sepatahpun, hanya hembusan nafas kuat yang keluar lewat mulutku. Kondisi demikian berlangsung selama beberapa saat. Kemudian tubuh ku berangsur melemas, dia pun memperlambat gerakan jarinya sampai akhirnya dengan sangat perlahan dia cabut dari no nokku.

Mata ku masih terpejam rapat, bibirku masih sedikit ternganga. dengan lembut dan pelan dia mendekatkan bibirnya ke mulut ku. Dia mencium mesra bibirku yang sensual itu. Akupun menyambut dengan tak kalah mesranya. Kami berciuman bak sepasang kekasih yang saling jatuh cinta. Agak berbeda dengan ciuman yang menggelora seperti sebelumnya. “Nikmat Jenni ?” dengan lembut dia berbisik di telinga ku. “Mas … ah … Jenni belum pernah merasakan kenikmatan seperti tadi ..sungguh Mas. Mas sangat pinter … Makasih Mas … Dinda sungguh beruntung punya suami Mas.” “Aku yang beruntung Jenni, bisa memberi kepuasan kepada wanita secantik dan semulus kamu.” “Ah Mas bisa aja … Jenni jadi malu.”

Akhirnya aku sadar akan kondisiku saat itu. Pahaku masih terbuka lebar, dan cdku tersangkut di lututku. Aku segera duduk tegak, menurunkan dasterku sehingga menutup pangkal pahaku. Akhirnya aku bangkit berdiri. “Jenni mau cuci dulu Mas.” “Aku ikut dong Jenni, ntar aku cuciin,” dia menggodaku. “Ihhh Mas genit.” Sambil berkata demikian aku menggamit tangannya dan menariknya ke kamarku. Sampai di kamarku dia berkata: “Aku copot pakaianku dulu ya Jenni, biar nggak basah.” Aku tidak berkata kata tetapi mendekatinya dan membantu melepas kancing celananya semantara dia melepaskan kaosnya.

Dia kemudian melepaskan juga celananya dan hanya memakai cd saja. Aku melirik ke arah cdnya. Tampaknya penis nya yang besar dan panjang (dibandingkan dengan penis suamiku yang kecil) sudah menegang. Dia maju selangkah dan mengangkat ujung bawah dasterku sampai keatas dan aku mengangkat kedua tangannya sehingga dasternya mudah terlepas. Dia tampak mengagumi tubuhku. Toket yang dari tadi hanya diraba sekarang terpampang dengan jelas di hadapannya. Bentuknya bundar kencang, cukup besar, tapi masih proporsional dengan ukuran tubuh ku yang sexy itu. Pentilku sangat kecil bila dibanding ukuran bukit toketku. Warna pentilku coklat agak tua, sungguh kontras dengan warna kulit ku yang begitu putih.

Perut ku sungguh kecil dan rata, tak tampak sedikitpun timbunan lemak disana. Pinggulku sungguh indah dan pantatku sangat sexy, padat dan sangat mulus. Pahaku sangat mulus dan padat, betisku tidak terlampau besar dan pergelangan kakiku sangat kecil. “Mas curang … Jenni udah telanjang tapi Mas belum buka cdnya.” Tanpa menunggu reaksinya, aku maju selangkah, agak membungkuk dan memelorotkan cdnya. Dia membantu dengan melangkah keluar dari cdnya. penis nya yang sedari tadi sudah berdiri tegak langsung menyentak. Besar dan panjang saking kerasnya. Kami berdua berdiri berhadapan sambil bugil dan saling memandangi. Tak tahan melihat tubuh molek ku, dia maju langung memeluk tubuhku erat. Kulit tubuhku langsung bersentuhan dengan kulit tubuh nya tanpa sehelai benangpun yang menghalangi. “Kamu cantik dan seksi sekali Jenni.” “Ah Mas ngeledek aja.” “Bener kok Jenni.”

Sambil berkata demikian dia merangkul aku lalu masuk ke kamar mandi. Dia menyemprotkan sedikit air dengan shower ke no nokku yang masih berlendir itu. Kemudian dia memeluk ku dari belakang dan menyabuni seluruh permukaan no nokku dengan lembut. Aku suka dengan apa yang dia lakukan, aku merapatkan punggungku ke tubuhnya sehingga penis nya menempel rapat ke pantatku. Dengan gerakan lambat dan teratur dia menggosok selangkangan ku dengan sabun.

Aku mengimbanginya dengan mengggerakkan pinggulku seirama dengan gerakannya. Akhirnya selesai juga dia membantu ku mencuci selangkanganku dan mengeringkan diri dengan handuk. Sambil saling rangkul kami kembali ke kamar dan berbaring bersisian di tempat tidur. Kami saling berpelukan dan berciuman penuh kemesraan. Dia meraba seluruh permukaan tubuh mulus ku, aku pun beraksi mengelus penis nya yang semakin menegang itu. Aku

ditelentangkan, kemudian dia melorot mendekati kakiku. Dia mulai menciumi betisku, perlahan keatas ke pahalu yang mulus. Akhirnya mulutnya mulai mendekati pangkal pahaku. “Ahhhhh Mas …. ah .. jangan .. nanti Jenni nggak tahan lagi .. ah.” Sekalipun aku berkata “jangan” namun justru aku membuka kedua pahaku semakin lebar seakan menyambut baik serangan mulutnya itu. “Nikmati saja Jenni…. aku akan memberikan apa yang tidak pernah diberikan suamimu padamu.” Dia meneruskan jilatan dan ciumannya ke daerah selangkangan ku yang sudah menganga lebar. Bibir no nokku yang begitu tebal dan sensual. Perlahan dia mengkatupkan kedua bibirnya ke bibir no nokku. Sambil “berciuman” dia menjulurkan lidahnya mengorek ujung no nokku. “Ahhhh …. Mas … aaaaahhh .. please .. please.” Begitu mudahnya kata berubah dari “jangan” menjadi “mohon”. Bibirnya digeser sedikit keatas sehingga menyentuh it ilku yang berwarna pink. Perlahan dia menjulurkan lidahnya dan menjilatinya terus.

Aku membuka selangkanganku semakin lebar dan menekuk lututku serta mengangkat pantatku. Dia segera memegang pantatku sambil meremasnya. Lidahnya semakin leluasa menari di it il ku. “Aaaaaahhhhhh …. enak Mas …. enak …. ahhhh .. iya …. ahhhh.” Hanya itu yang keluar dari mulut ku menggambarkan apa yang sedang kurasakan saat ini. Dia semakin meningkatkan kegiatan mulutnya, dia mengkatupkan kedua bibirnya ke it il ku yang begitu mungil, dia menyedot lambat2 benda sebesar kacang hijau itu. “Maaaaasss …. nggak tahaaaan … ahhhhh .. Maassss.” Dia melepaskan tangan kanannya dari pantat ku, kemudian jari tengahnya kembali beraksi menggosok it ilku. Lidahnya dijulurkan mengorek seluruh lubang no nokku sejauh yang dia bisa. Tubuhku menegang sehingga pantat dan selangkanganku semakin terangkat, kedua tanganku mencengkeram kain sprei. “AAAaaaaahhhhh … maaaaassssssss.”

Bersamaan dengan erangan ku dia merasakan ada cairan hangat dan agak asin yang keluar dari no nokku dan langsung membasahi lidahnya. Dia menjulurkan lidahnya semakin dalam dan semakin banyak cairan yang bisa dia rasakan. Aku memberontak, segera menarik dia mendekatiku. Tangan kanannya kupegang dan sentuhkan ke no nokku. Sambil terpejam, aku memeluknya dan langsung mencium bibirnya yang masih belepotan dengan lendir kenikmatanku. Dia biarkan bibir dan lidahku menari di mulutnya menyapu semua sisa lendir yang ada disana. Jari tangannya terbenam kedalam no nokku dan digerakkan masuk keluar dengan cepat. Tubuh ku kembali menggigil dan no nokku mengeluarkan cairan lagi. Rupanya itu adalah sisa orgasmeku.



Kami masih berciuman sampai tubuh ku mulai melemas. perlahan dia mengangkat tangan kanannya dari selangkanganku, memeluk ku dengan lembut. Bibirnya perlahan dilepaskan dari cengkeraman mulut ku. Tubuh ku tergolek lemah seakan tanpa tulang. Mataku sedikit terbuka menatapnya mesra. Di bibirku sedikit menyungging senyum penuh kepuasan. “Mas …. itu tadi luar biasa Mas … Jenni belum pernah digituin … Mas hebat .. makasih Mas … Jenni hutang banyak ama Mas.” “Jenni aku juga sangat senang kok bisa membuat Jenni puas seperti itu” sambil dia mengkecup lembut keningku. Mata ku berbinar penuh rasa terima kasih. Kami berbaring telentang bersebelahan untuk beberapa saat. penis nya masih tegang berdiri. Aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Kali ini aku membersihkan diriku sendiri. Dia tetap berbaring sambil mengenangkan keindahan yang baru aku alami. Tak berapa lama kemudian aku kembali dan langsung berbaring di sampingnya. Mataku menatap lekat ke penis nya.

“Mas pengin diapain?” tanyaku manja. “Terserah kamu Jenni, biasanya ama suamimu gimana dong?” dia coba memancingku. “Biasa ya langsung dimasukin aja Mas. Jenni jarang puas ama dia.” “Oh … terus Jenni penginnya gimana?” “Ya kayak ama Mas tadi, Jenni puas banget. … Jenni pengin cium punya Mas boleh nggak?” “Emang Jenni  belum pernah?” “Belum Mas,” agak jengah aku menjawab, “Suamiku nggak pernah mau.” “Ya silahkan kalau Jenni mau.” Tanpa menunggu komando aku segera merangkak mengarahkan kepalaku mendekati selangkangannya. Aku pegang penis nya, kuamati dari dekat sambil sedikit melakukan gerakan mengocok.

Sangat kaku dan canggung, maklum baru pertama melakukannya. “Ayo Jenni kalau Jenni suka, lakuin apa yang Jenni  mau.” Dengan penuh keraguan aku mendekatkan mulutnya ke kepala penis nya. Dan ku buka mulutku dan memasukkan kepalanya kedalam mulutku. Hanya sampai sebatas leher kemudian kusedot perlahan. Aku tetap melakukan itu untuk beberapa saat tanpa perubahan. Dengan lembut dia memegang tangan kiriku. Dia menggenggam jemariku yang lentik dan ditariknya mendekat ke mulutnya. Dia memegang telunjukku kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya. Dia menggerakkan masuk keluar dengan lambat sambil sesekali dijilat dengan lidahnya saat jari lentikku masih dalam mulutnya. Aku segera paham bahwa dia sedang memberi “bimbingan” bagaimana seharusnya yang kulakukan.

Tanpa ragu aku mempraktekkan apa yang dia lakukan dengan jariku. kontolnya kumasukkan kedalam mulutku, lalu kepala kuangguk sehingga penis nya tergesek keluar masuk mulutku yang sensual itu. Sekalipun masih agak canggung tapi dia mulai bisa merasakan “pelayanan” yang kuberikan. Semakin lama aku semakin tenang dan tidak kaku lagi. Kadang kumainkan lidahku di sekeliling kepala penis nya dalam mulutku. Sepertinya aku sendiri mulai bisa merasakan sensasi dari apa yang kulakukan dengan mulut dan lidahku. Aku mulai berani bereksperiman. Kadang kukeluarkan penis nya dari mulutku, menciumi batangnya kemudian memasukkannya kembali. Sesekali aku hanya menghisap kepalanya sambil mengocok batangnya. “Gimana Jenni  rasanya?” “Mas… Jenni merasakan rangsangan yang luar biasa, penis nya Mas enak .. Jenni suka, besar – panjang lagi.” Dia bangkit berdiri di atas kasur sambil bersandar di dinding kepala ranjang. Aku langsung tahu harus bagaimana. Agen BandarQ
NagaQQ

Selasa, 23 Juni 2020

Kisah Malam Pertamaku Dengan Suami Tuaku


NagaQQ - Perkenalkan namaku Jasmine, ini berawal ketika di usiaku yang masih terbilang muda, 18 tahun, ayahkuwaktu itu menjodohkan aku dengan seorang pemuda yang usianya 15 tahun lebih tua dari aku dan katanya masih ada hubungan saudara dengan keluarga mamaku.
Memang usiaku saat itu sudah cukup untuk berumah tangga dan wajahku juga tergolong lumayan, walaupun badanku terlihat agak gemuk mungkin orang menyebutku bahenol, namun kulitku putih, tidak seperti kebanyakan temanku.

BACA JUGA :  Daddy Tiriku Memuaskanku

banyak lelaki yang selalu merayuku. Bahkan banyak di antara mereka yang bilang bahwa payudaraku besar dan padat berisi sehingga banyak laki-laki yang selalu memperhatikan buah dadaku ini saja.  

Hatiku menolak untuk dijodohkan secepat ini, karena sesungguhnya aku sendiri masih ingin melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Namun apa daya aku sendiri tak dapat menentang keinginan ayah dan lagi memang kondisi ekonomi keluarga saat itu tidak memungkinkan untuk terus melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi.

Begitulah sampai hari pernikahan tiba, tidak ada hal-hal serius yang menghalangi jalannya pernikahanku ini dengan pemuda yang baru aku kenal kurang dari dua bulan sebelumnya. Selama proses perkenalan kamipun tidak ada sesuatu hal yang serius yang kami bicarakan tentang masa depan karena semua sudah diatur sebelumnya oleh keluarga kedua belah pihak.

Perkenalan kami yang sangat singkat itu hanya diisi dengan kunjungan calon suamiku setiap malam minggu. Itupun paling hanya satu atau dua jam saja dan biasanya aku ditemani ayah atau mama mengobrol mengenai keadaan keluarganya. Setelah acara resepsi pernikahan selesai seperti biasanya kedua pengantin yang berbahagia memasuki kamar pengantin untuk melaksanakan kewajibannya.

Yang disebut malam pengantin atau malam pertama tidak terjadi pada malam itu, karena setelah berada dalam kamar aku hanya diam dan tegang tidak tahu apa yang harus kulalukan. Maklum mungkin karena masih terlalu lugunya aku pada waktu itu.

Suamiku pada waktu itupun rupanya belum terlalu jago berhubungan intim, sehingga malam pertama kami lewatkan hanya dengan diraba-raba oleh suami. Itupun kadang-kadang aku tolak karena pada waktu itu aku sendiri sebenarnya merasa risih diraba-raba oleh lelaki. Apalagi oleh lelaki yang Tua dan yang tidak aku cintai, karena memang aku tidak mencintai suamiku. Pernikahan kami semata-mata atas perjodohan orang tua saja dan bukan atas kehendakku sendiri.

Barulah pada malam kedua suamiku mulai melancarkan serangannya, ia mulai melepas bajuku satu per satu dan mencumbu dengan menciumi kening hingga jari kaki. Mendapat serangan seperti itu tentu saja sebagai seorang wanita yang sudah memasuki masa pubertas akupun mulai bergairah walaupun tidak secara langsung aku tunjukkan ke depan suamiku. Apalagi saat ia mulai menyentuh bagian-bagian yang paling aku jaga sebelumnya, kepalaku bagaikan tak terkendali bergerak ke kanan ke kiri menahan nikmat sejuta rasa yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

Kemaluanku mulai mengeluarkan cairan dan sampai membasahi rambut yang menutupi vaginaku. Suamiku semakin bersemangat menciumi puting susu yang berwarna merah muda kecoklatan dan tampak bulat mengeras mungkin karena pada saat itu aku pun sudah mulai terangsang.

Aku sudah tidak ingat lagi berapa kali ia menjilati klitorisku pada malam itu, sampai aku tak kuasa menahan nikmatnya permainan lidah suamiku menjilati klitoris dan aku pun orgasme dengan menyemburkan cairan hangat dari dalam vaginaku ke mulutnya.



Dengan perasaan tidak sabar, kubuka dan kuangkat lebar kakiku sehingga akan terlihat jelas oleh suamiku lubang vagina yang kemerahan dan basah ini. Atas permintaan suami kupegang batang kemaluannya yang besar dan keras luar biasa menurutku pada waktu itu.

Perlahan-lahan kutuntun kepala kemaluannya menyentuh lubang vaginaku yang sudah basah dan licin ini. Rasa nikmat yang luar biasa kurasakan saat kepala penis suamiku menggosok-gosok bibir vaginaku ini. Dengan sedikit mendorong pantatnya suamiku berhasil menembus keperawananku, diikuti rintihanku yang tertahan.

Untuk pertama kalinya vaginaku ini dimasuki oleh penis laki-laki dan anehnya tidak terasa sakit seperti yang seringkali aku dengar dari teman-temanku yang baru menikah.

Memang ada sedikit rasa sakit yang menyayat pada saat kepala penis itu mulai menyusup perlahan masuk ke dalam vaginaku ini, tetapi mungkin karena pada waktu itu aku pun sangat bergairah sekali sehingga aku sudah tidak perduli lagi dengan rasa sakitnya. Apalagi saat suamiku mulai menggosok-gosokkan batang penisnya itu di dalam vaginaku, mataku terpejam dan kepalaku hanya menengadah ke atas, menahan rasa geli dan nikmat yang tidak dapat aku ceritakan di sini.

Semakin lama goyangan pinggul suamiku semakin cepat diikuti dengan desahan nafasnya yang memburu membuat nafsuku makin menggebu. Sesekali terdengar suara decak air atau becek dari lubang vaginaku yang sedang digesek-gesek dengan batang penis suamiku yang besar, yang membuatku semakin cepat mencapai orgasme yang kedua.

Sementara suami masih terus berpacu untuk mencapai puncak kenikmatannya, aku sudah dua kali orgasme dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sampai akhirnya suamiku pun menahan desahannya sambil menyemburkan cairan yang hangat dan kental dari kepala penisnya di dalam lubang vaginaku ini.

Cairan sperma suamiku pun mengalir keluar dari mulut vaginaku membasahi sprei dan bercampur dengan darah keperawananku. Kami berdua terkulai lemas, namun masih sempat tanganku meraba-raba bibir vagina untuk memuaskan hasrat dan gairahku yang masih tersisa. Dengan menggosok-gosok klitoris yang masih basah, licin dan lembut oleh sperma suamiku, aku pun mencapai orgasme untuk yang ketiga kalinya.

Luar biasa memang sensasi yang aku rasakan pada saat malam pengantin itu, dan hal seperti yang aku ceritakan di atas terus berlanjut hampir setiap malam selama beberapa bulan. Dan setiap kali kami melakukannya aku selalu merasa tidak pernah puas dengan suami yang hanya mampu melakukannya sekali.

Aku membutuhkannya lebih dari sekali dan selalu menginginkannya setiap hari. Entah apa yang sebenarnya terjadi dalam diriku sehingga aku tidak pernah bisa membendung gejolak nafsuku. Padahal sebelum aku menikah tidak pernah kurasakan hal ini apalagi sampai menginginkannya terus menerus. Mungkinkah aku termasuk dalam golongan yang namanya hypersex itu?

Setelah 2 tahun kami menikah aku bercerai dengan suamiku, karena semakin hari suamiku semakin jarang ada di rumah, karena memang sehari-harinya ia bekerja sebagai manajer marketing di sebuah perusahaan swasta sehingga sering sekali ia keluar kota dengan alasan urusan kantor. Dan tidak lama terdengar berita bahwa ia memiliki istri simpanan. Yang lebih menyakitkan sehingga aku minta diceraikan adalah istri simpanannya itu adalah bekas pacarnya yang dulu, ternyata selama ini dia pun menikah denganku karena dipaksa oleh orang tuanya dan bukan karena rasa cinta.

Tak rela berbagi suami dengan wanita lain, akhirnya aku resmi diceraikan suamiku. Sakit memang hati ini seperti diiris-iris mendengar pengakuan suami tentang istri simpanannya itu, dengan terus terang dia mengatakan bahwa dia lebih mencintai istri simpanannya yang sebetulnya memang bekas pacarnya. Apalagi katanya istri simpanan suamiku itu selalu dapat membuat dirinya bahagia di atas ranjang, tidak seperti diriku ini yang selalu hanya minta dipuaskan tetapi tidak bisa memuaskan keinginan suamiku, begitu katanya. Agen BandarQ
NagaQQ

Minggu, 21 Juni 2020

Daddy Tiriku Memuaskanku


NagaQQ - Perkenalkan namaku Starla, Mamiku adalah seorang wanita yang disiplin dan agak keras sedangkan daddyku tiriku kebalikannya bahkan bisa dikatakan bahwa daddyku di bawah bendera Mami. Bisa dikatakan Mamiku yang lebih mengatur segala-galanya dalam keluarga . Namun, walaupun Mamiku keras, di luar rumah aku termasuk cewek bandel dan sering tukar-tukar pacar, tentunya tanpa sepengetahuan Mamiku. Tapi suatu saat, pada saat aku duduk di kelas 2 SMA, Mamiku pergi mengunjungi nenek yang sakit di kampung. Dia akan tinggal di sana selama 2 minggu. Hatiku bersorak. Aku akan bisa bebas di rumah. Tak akan ada yang memaksa-maksa untuk belajar. Aku juga bebas pulang sore. Kalau daddy, yah.. dia selalu kerja sampai hampir malam.

BACA JUGA :  Pembantu Ku Yang Nakal

Pulang sekolah, aku mengajak pacarku, Jason, ke rumah. Aku dan Jason  sering melakukan hubungan intim tetapi aku tidak pernah merasakan kenikmatan yang sesungguhnya, karena kami selalu buru-buru sehingga aku tidak pernah orgasme.

Suatu hari aku dan Jason berada di ruang tamu, jam menunjukkan pukul 3 sore sedangkan daddyku pulang pukul enam malam. jadi masih banyak waktu untuk memuaskan berahiku. Kami duduk di sofa. Jason dengan segera melumat bibirku. Kurasakan kenimatan bibirnya, kurangkul tanganku ke lehernya, ciumannya semakin hebat. Kini lidahnya yang mempermainkan lidahku. Tangannya pun mulai bermain di kedua payudaraku. Aku benar-benar terangsang. Aku sudah bisa merasakan bahwa vaginaku sudah mulai basah. Segera kujulurkan tanganku ke perut bawahnya. Kucoba membuka reitsleting celananya tapi agak susah. Dengan segera Jason membukakannya untukku. Tidak menunggu lama secara bersamaan, aku pun membuka kemeja sekolahku sekaligus BH-ku tapi tanpa mengalihkan perhatianku pada Jason. Kulihat segera sesudah CD Jason lepas, penisnya sudah tegang.

Kami berpelukan lagi. Kali ini, tanganku bebas memegang burungnya. Tidak begitu besar, tapi cukup keras dan berdiri dengan tegangnya. Kuelus-elus sejenak. Kedua telurnya yang dibungkus kulit yang sangat lembut, penisnya kemerah-merahan, lalu kujulurkan ujung lidahku ke dalam. Jason melenguh. Expresi wajahnya membuatku semakin bergairah. "Ah.." kumasukkan saja batang itu ke mulutku. Jason melepaskan celana dalamku lalu mempermainkan vaginaku dengan jarinya. Terasa sentuhan jarinya diantara kedua bibir kemaluanku. Di mainkannya klitorisku. Aku makin bernafsu. Kuhisap batangnya. Kujilati kepala penisnya, sambil tanganku mempermainkan telurnya dengan lembut. Kadang kugigit kulit telurnya dengan lembut.

"Starla , pindah di lantai saja. ujarnya
Tanpa menunggu jawabanku, dia sudah menggendongku dan membaringkanku di lantai berkarpet tebal dan bersih. Dibukanya rok abu-abuku, yang tinggal satu-satunya melekat di tubuhku, demikian juga kemejanya. Sekarang aku dan dia betul-betul bugil. Aku makin menyukai suasana ini. Kutunggu, apa yang akan dilakukannya selanjutnya. Ternyata Jason naik ke atas tubuhku dengan posisi terbalik, 69. Dikangkangkannya pahaku. Selanjutnya yang kurasakan adalah jilatan-jilatan lidahnya yang panas di permukaan vaginaku. Bukan itu saja, klitorisku dihisapnya, sesekali lidahnya ditenggelamkannya ke lubangku. Sementara batangnya tetap kuhisap. Aku sudah tidak tahan lagi.

"Jason, ayo masukin saja."
"Sebentar lagi Starla ."
"Ah.. aku nggak tahan lagi.
Jason memutar haluan. Digosok-gosokannya kepala penisnya sebentar lalu.. "Bless.." batang itu masuk dengan mantap. Tak perlu diolesi ludah untuk memperlancar, vaginaku sudah basah, nikmat sekali. Disodok maju mundur, aku tidak tinggal diam. Kugoyang-goyang juga pantatku. Kadang kakiku kulingkarkan ke pinggangnya.

Tiba-tiba, "Ah.. aku keluar.." Dicabutnya penisnya dan spermanya berceceran di atas perutku.
"Shit! Sama saja, aku belum puas, dia sudah muntah," rungutku dalam hati.
Tapi aku berpikir, "Ah, tak mengapa, babak kedua pasti ada."
Dugaanku meleset. Jason berpakaian.
"Starla , sorry yah.. aku baru ingat. Hari ini rupanya aku harus latihan band, udah agak telat nih," dia berpakaian dengan buru-buru. Aku betul-betul kecewa.
"Kurang ajar anak ini. Dasar egois, emangnya aku lonte, cuman memuaskan kamu saja."
Aku betul-betul kecewa dan berjanji dalam hati tak akan mau main lagi dengannya. Karena kesal, kubiarkan dia pergi. Aku berbaring saja di sofa, tanpa mempedulikan kepergiannya, bahkan aku berbaring dengan membelakanginya, wajahku kuarahkan ke sandaran sofa.

Kemudian aku mendengar suara langkah mendekat.
"Ngapain lagi si kurang ajar ini kembali," pikirku. Tapi aku memasang gaya cuek. Kurasakan pundakku dicolek. Aku tetap cuek.
"Starla !"
Oh.. ini bukan suara Jason  Aku bagai disambar petir. Aku masih telanjang bulat.
"daddy !" aku sungguh-sungguh ketakutan, malu, cemas, pokoknya hampir mati.
"Dasar bedebah, rupanya kamu sudah biasa main begituan yah. Jangan membantah. daddy lihat kamu bersetubuh dengan lelaki itu. Biar kamu tahu, ini harus dilaporkan sama Mamimu."
Aku makin ketakutan, kupeluk lutut daddyku, "Yah.. jangan Yah, aku mau dihukum apa saja, asal jangan diberitahu sama orang lain terutama Mama," aku menangis memohon.

Tiba-tiba, daddy mengangkatku ke sofa. Kulihat wajahnya makin melembut.
"Starla , daddy tahu kamu tidak puas barusan. Waktu daddy masuk, daddy dengar suara-suara desahan aneh, jadi daddy jalan pelan-pelan saja, dan daddy lihat dari balik pintu, kamu sedang ngentot lelaki itu, jadi daddy  mgintip aja sampai siap mainnya."
Aku diam aja tak menyahut.
"Starla , kalau kamu mau daddy puasin, maka rahasiamu tak akan terbongkar."
"Sungguh?"
daddy tak menjawab, tapi mulutnya sudah mencium susuku. Dijilatinya permukaan payudaraku, digigitnya pelan-pelan putingku. Sementara tangannya sudah menjelajahi bagian bawahku yang masih basah. daddy segera membuka bajunya. Langsung seluruhnya. Aku terkejut. Kulihat penis daddyku jauh lebih besar, jauh lebih panjang dari penis si Jason. Tak tahu aku berapa ukurannya, yang jelas panjang, besar, mendongak, keras, hitam, berurat, berbulu lebat. Bahkan antara pusat dan kemaluannya juga berbulu halus. Beda benar dengan Jason. Melihat ini saja aku sudah bergetar.

Kemudian Aku didudukkannya di sofa. Pahaku dibukanya lebar-lebar. Dia berlutut di hadapanku lalu kepalanya berada diantara kedua pangkal pahaku. Tiba-tiba lidah hangat sudah menggesek ke dalam vaginaku. Aduh, lidah daddyku menjilati vaginaku. Dia menjilat lebih lihai, lebih lembut. Jilatannya dari bawah ke atas berulang-ulang. Kadang hanya klitorisku saja yang dijilatinya. Dihisapinya, bahkan digigit-gigit kecil. Dijilati lagi. Dijilati lagi. "Oh.. oh.. enak, Yah di situ Yah, enak, nikmat Yah," tanpa sadar, aku tidak malu lagi mendesah jorok begitu di hadapan daddy. daddy "memakan" vaginaku cukup lama. Tiba-tiba, aku merasakan nikmat yang sangat dahsyat, yang tak pernah kumiliki sebelumnya.

"Oh.. begini rupanya orgasme, nikmatnya," aku tiba-tiba merasa lemas. daddy mungkin tahu kalau aku sudah orgasme, maka dihentikannya menjilat lubang kewanitaanku. Kini dia berdiri, tepat di hadapan hidungku, penisnya yang besar itu menengadah. Dengan posisi, daddy berdiri dan aku duduk di sofa, kumasukkan batang daddyku ke mulutku. Kuhisap, kujilat dan kugigit pelan. Kusedot dan kuhisap lagi. Begitu kulakukan berulang-ulang. daddy ikut menggoyangkan pantatnya, sehingga batangnya terkadang masuk terlalu dalam, sehingga bisa kurasakan kepala penisnya menyentuh kerongkonganku. Aku kembali sangat bergairah merasakan keras dan besarnya batang itu di dalam mulutku. Aku ingin segera daddy memasuki lubangku, tapi aku malu memintanya. Lubangku sudah betul-betul ingin "menelan" batang yang besar dan panjang.



Tiba-tiba daddy memanggilku berdiri.
Rupanya tidak. daddy berbaring di sofa dan mengangkatku ke atasnya.
"Masukkan Starla !" ujar daddy.
Kuraih batang itu lalu kuarahkan ke vaginaku. Ah.. sedikit sakit dan agak susah masuknya, tapi daddy menyodokkan pantatnya ke depan.
"Aduh pelan-pelan, daddy."
Lalu berhenti sejenak, tapi batang itu sudah tenggelam setengah akibat sodokan daddy tadi. Kugoyang perlahan. Dengan perlahan pula batang itu semakin masuk dan semakin masuk. Ajaibnya semakin masuk, semakin nikmat. Lubang vaginaku betul-betul terasa penuh. Nikmat rasanya. Karena dikuasai nafsu, rasa maluku sudah hilang. Kusetubuhi daddyku dengan rakus. Ekspresi daddykumakin menambah nafsuku. Remasan tangan daddyku di kedua payudaraku semakin menimbulkan rasa nikmat. Kogoyang pantatku dengan irama keras dan cepat.

Tiba-tiba, aku mau orgasme, tapi daddy berkata, "Stop! Kita ganti posisi. Kamu nungging dulu."
"Mau apa ini?" pikirku.
Tiba-tiba kurasakan gesekan kepala penis di permukaan lubangku kemudian.. "Bless.." batang itu masuk ke lubangku. Yang begini belum pernah kurasakan. Jason tak pernah memperlakukanku begini, begitu juga Muklis, lelaki yang mengambil perawanku. Tapi yang begini ini rasanya selangit. Tak terkatakan nikmatnya. Hujaman-hujaman batang itu terasa menggesek seluruh liang kewanitaanku, bahkan hantaman kepala penis itupun terasa membentur dasar vaginaku, yang membuatku merasa semakin nikmat. Kurasakan sodokan daddy makin keras dan makin cepat. Perasaan yang kudapat pun makin lama makin nikmat. Makin nikmat, makin nikmat, dan makin nikmat.

Tiba-tiba, "ahhh emmm ahhh!"Aku orgasme untuk yang kedua kalinya. Hentakan daddy makin cepat saja, tiba-tiba kudengar desahan panjangnya. Seiring dengan itu dicabutnya penisnya dari lubang vaginaku. Dengan gerakan cepat, daddy sudah berada di depanku. Disodorkannya batangnya ke mulutku. Dengan cepat kutangkap, kukulum dan kumaju-mundurkan mulutku dengan cepat. Tiba-tiba kurasakan semburan sperma panas di dalam mulutku. Aku tak peduli. Terus kuhisap dan kuhisap. Sebagian sperma tertelan olehku, sebagian lagi kukeluarkan, lalu jatuh dan meleleh memenuhi daguku. daddy memelukku dan menciumku, "Starla, kapan-kapan, kalau nggak ada Mama, kita main lagi yah." Aku tak menjawab. Sebagai jawaban, aku menggelayut dalam pelukan daddyku . Yang jelas aku pasti mau. Dengan pacarku aku tak pernah merasakan orgasme. Dengan daddy, sekali main orgasme dua kali. Siapa yang mau menolak? Sesudah itu asal ada kesempatan, kami melakukannya lagi.  Agen BandarQ
NagaQQ